Aktris Prilly Latuconsina mendapatkan kesempatan dari Konservasi Indonesia untuk ikut memasang penanda satelit (satellite tag) pada hiu paus di Teluk Saleh, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pemasangan penanda satelit pada satwa laut yang dilindungi dan berstatus terancam punah (endangered) ini merupakan bagian dari kerja Konservasi Indonesia untuk mendukung target pembentukan kawasan konservasi.
Wilayah Teluk Saleh, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pun akan menjadi kawasan konservasi perairan pertama berbasis spesies, khususnya hiu paus.
“Pemasangan penanda satelit langsung dengan peneliti dari KI ini menjadi pengalaman pertama yang menegangkan dan mengharukan bagi saya. Tegang karena biasanya ketika diving saya harus berjarak beberapa meter dari hiu paus, dan kali ini saya menyentuh dan memasangkan alat langsung di sirip ikan raksasa itu,” ujar Prilly dalam keterangan tertulis, Kamis (3/10).
Pada Agustus lalu, Prilly dinobatkan menjadi Kawan Hiu Paus oleh Konservasi Indonesia. Sebelum memasangkan penanda satelit tersebut, perempuan berdarah Ambon-Sunda ini telah mendapatkan pengarahan langsung dari para peneliti Konservasi Indonesia. Prilly menyebut pengalaman kali ini membuat dia bisa lebih memahami lagi pentingnya penelitian untuk satwa karismatik ini.
“Menjadi Kawan Hiu Paus membuat saya belajar lebih banyak lagi tentang ikan menakjubkan ini. Para peneliti dari Konservasi Indonesia mengajarkan saya tentang tujuan penting dari penanda satelit, sampai pentingnya berwisata hiu paus yang ramah lingkungan,” tutur Prilly.
Meizani Irmadhiany, Senior Vice President & Executive Chair Konservasi Indonesia, mengatakan keberadaan hiu paus di area-area wisata harus dipahami dengan baik oleh masyarakat yang ingin merasakan sensasi bermain bersama hiu paus.
“Wisata ramah lingkungan bukan hanya tidak membuang sampah sembarangan ke laut, tetapi juga memahami jarak yang harus dibuat antara penyelam dengan hiu paus. Selain itu, masyarakat juga harus tahu dampak yang akan dialami oleh hiu paus jika wisatawan ramai-ramai menyentuh ataupun terlalu berdekatan dengan mereka,” ujar Meizani.
Meizani mengatakan kunjungan ke Teluk Saleh, Sumbawa, merupakan salah satu cara berbagi pengalaman langsung agar Prilly dapat membagi ilmu yang didapatnya kepada publik maupun sesama penyelam yang ingin tahu lebih banyak tentang hiu paus.
“Tentunya kami sangat senang ketika Prilly mau terjun langsung dalam pemasangan salah satu alat penelitian kami ke badan hiu paus yang kami namai dengan namanya,” ujar Meizani.
Penanda Satelit Memantau Mobilitas Hiu Paus
Iqbal Herwata, Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia, yang mendampingi Prilly saat pemasangan penanda satelit, menuturkan penanda satelit hiu paus ini menjadi sangat penting karena spesies ini memiliki kebiasaan migrasi dan mobilitas yang tinggi. Dengan alat ini, para peneliti dapat mengetahui kemana hiu paus bergerak, mengetahui habitat pentingnya, hingga berapa lama mereka menetap di satu wilayah.
“Dalam pengelolaan kawasan konservasi, pergerakan hiu paus dari penanda satelit ini dapat menjadi data untuk kami membuat strategi dalam melindungi habitat kritis mereka secara efektif," kata Iqbal.
Selain memiliki global positioning system (GPS), penanda satelit ini juga dilengkapi dengan sensor suhu dan kedalaman. "Artinya, kami dapat mengetahui seberapa dalam mereka menyelam dan seberapa lama mereka di kedalaman tertentu,” ungkap Iqbal.