Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat mayoritas bencana pada 2023 berkaitan dengan iklim. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi BNPB, Abdul Muhari, mengatakan kebakaran hutan menjadi bencana yang paling sering terjadi pada 2023.
"Kita mencatat 5.400 kejadian bencana, hampir 98%, adalah bencana yang terkait dengan iklim pada 2023," ujar Muhari dalam peluncuran Indeks Risiko Migrasi Akibat Iklim (RICD), di Jakarta, Rabu (16/10).
Menurut dia, kondisi tersebut merupakan yang pertama dalam 30 tahun terakhir. Pasalnya, bencana yang biasanya terjadi di Indonesia adalah banjir.
Berdasarkan data yang dihimpun BNPB sebanyak 5.363 bencana akibat iklim terjadi di 2023. Kebakaran hutan dan lahan menjadi yang terbanyak yaitu sebesar 2.051, cuaca ekstrim 1.261 kejadian, banjir 1.255 kejadian, tanah longsor 591 kejadian, kekeringan 174 kejadian, gelombang pasang dan abrasi 33 kejadian.
Dia mengatakan, daerah yang paling sering mengalami bencana tahun lalu adalah Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. "Tahun lalu, kita mengalami puncak periode El Nino sehingga kebakaran hutan menjadi kejadian bencana yang paling sering terjadi di Indonesia" ujarnya.
Adapun dampak yang disebabkan bencana tersebut diantaranya 275 orang meninggal dunia, 33 orang hilang, 5.795 cedera, dan 8,4 juta orang terkena dampak langsung dan mengungsi. Selain itu, sebanyak 4,870 rumah mengalami rusak berat, 6.079 rumah mengalami rusak sedang, dan 36.265 rumah mengalami rusak ringan akibat bencana yang terjadi pada 2023.
Bukan hanya itu, bencana yang terjadi pada 2023 juga berdampak pada rusaknya 680 fasilitas pendidikan, 506 fasilitas ibadah, dan 105 fasilitas kesehatan. Muhari menyebut, sampai dengan Oktober 2024 banjir kembali menjadi bencana yang paling sering terjadi di Indonesia.
"Hal yang ingin kami soroti adalah banjir merupakan bencana yang paling berdampak pada populasi. Mungkin tidak berpengaruh pada korban jiwa, tetapi berdampak pada pengungsi dan berdampak pada orang yang terlantar," ucapnya.