BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem, Ini Daftar Wilayahnya

ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/Spt.
Warga antre untuk berfoto saat awan mendung di Sky Deck Halte Transjakarta Bundaran HI, Jakarta, Kamis (4/7/2024).
6/11/2024, 18.20 WIB

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati, meminta masyarakat waspada dan siap-siaga menghadapi cuaca ekstrem dan potensi bencana hidrometeorologi pada 7-12 November 2024.Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim penghujan.

"Adanya fenomena La Nina mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20 persen sampai awal 2025. Situasi ini juga berpotensi meningkatkan frekuensi bencana hidrometeorologi," ujar Dwikorita di Jakarta, Rabu (6/11).

Dwikorita mengatakan pemerintah perlu memastikan kesiapan infrastruktur sumber daya air misalnya penyiapan kapasitas sistem drainase, sistem peresapan, dan tampungan air. Selain itu, pemerintah juga perlu memastikan waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air beroperasi optimal saat curah hujan tinggi.

Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, mengungkapkan sejumlah wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan khususnya di Sumatera, sebagian Kalimantan, dan sebagian Jawa bagian tengah hingga barat. Sementara itu wilayah Pulau Jawa lainnya diprediksi akan memasuki musim hujan pada dasarian II November 2024.

"Baru saja masuk musim penghujan, tapi beberapa kejadian bencana hidrometeorologi sudah terjadi seperti banjir dan tanah longsor yang terjadi di Bogor dan Sukabumi Jawa Barat. Karenanya, kami menghimbau kepada seluruh masyarakat dan stakeholder terkait untuk waspada, jangan lengah," imbuhnya.

Berdasarkan hasil analisa mingguan BMKG, terdapat potensi terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat dan angin kencang selama 7-12 November.

Dia mengatakan, kondisi tersebut terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi dinamika atmosfer di Indonesia sehingga berdampak pada potensi peningkatan intensitas hujan di sejumlah wilayah. Dampak peningkatan hujan ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat dalam menjalani aktivitas sehari-hari, namun juga berpengaruh pada aktivitas penerbangan dan pelayaran.

"Kami juga mengimbau kepada pengguna, penyedia jasa transportasi, dan operator transportasi, terutama laut dan udara untuk juga mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem ini," tuturnya.

"Juga kepada nelayan untuk tidak memaksakan diri melaut jika cuaca sedang buruk. Pantau terus kondisi cuaca, angin dan tinggi gelombang melalui aplikasi InfoBMKG," tambah dia.

Dampak Siklon Tropis Yinxing bagi Indonesia

Guswanto mengatakan, BMKG juga memonitor Siklon Tropis Yinxing di sekitar Laut Filipina. Siklon ini mempengaruhi dinamika cuaca di wilayah Indonesia.

Siklon Tropis Yinxing diprediksikan meningkat intensitasnya dalam 24 jam kedepan dan teramati bergerak semakin menjauhi wilayah Indonesia. Namun pertumbuhan Siklon Tropis ini dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan perairan di wilayah Indonesia dalam 24-48 jam kedepan berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di beberapa wilayah.

"Wilayah terdampak seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Selain itu, pengaruh siklon ini juga menyebabkan peningkatan tinggi gelombang laut antara 1,25 hingga 2,5 meter (kategori laut sedang) di wilayah Perairan Kepulauan Sangihe-Talaud, Laut Maluku, dan Samudra Pasifik Utara Halmahera." ujarnya.

Direktur Meteorologi Publik, Andri Ramdhani, mengatakan BMKG juga memantau fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial yang berdampak pada meningkatnya ketersediaan massa uap air basah dan memicu gangguan pola angin. Hal ini dapat mendukung pertumbuhan awan - awan hujan.

Disaat bersamaan, kata dia, labilitas lokal yang kuat serta adanya pertemuan dan perlambatan kecepatan angin di beberapa wilayah di Indonesia mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut.

"Maka dari itu, dalam sepekan ke depan, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampak ikutannya berupa bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi di seluruh wilayah Indonesia," ujarnya.