Indominco Buka Laboratorium Kultur Jaringan untuk Anggrek Hitam Kaltim

Dok. Indominco Mandiri
Pengembangan Anggrek Hitam melalui kultur jaringan di area nursery PT Indominco Mandiri, Kalimantan Timur.
25/9/2025, 14.24 WIB

Sebuah laboratorium kultur jaringan dibangun di area nursery atau persemaian PT Indominco Mandiri, membudidayakan beberapa tanaman endemik Kalimantan Timur. Di antaranya, anggrek hitam dan anggrek mutiara. Hasil budidaya ini akan mengisi lahan reklamasi bekas tambang batu bara di wilayah konsesi perusahaan.

“Kita coba budidayakan, nanti kita tanam kembali di area reklamasi,” kata Kepala Teknik Tambang PT Indominco Mandiri, Eddy Susanto, saat ditemui di lokasi tambang di Kutai Timur, Kalimantan Timur, Rabu (24/9). 

Sejak 2023, laboratorium ini telah mengembangkan lima jenis anggrek dan dua jenis tanaman kayu. Anggrek dipilih, karena termasuk tanaman yang sulit berkembang di alam. Kultur jaringan bermaksud membantu tanaman ini untuk berkembang biak.

Sejauh ini, sudah ada anggrek hitam yang berhasil dikembangkan dan telah berpindah media tanam. Bukan lagi di laboratorium, tapi di area nursery perusahaan. Setelah mampu beradaptasi, tanaman akan dipindah ke area reklamasi.

Butuh waktu sekitar dua tahun pengembangan, hingga tanaman ini siap ditanam di alam. Eddy menyampaikan, semakin baik kualitas induk, hasil kultur jaringan juga demikian. 

Sementara itu, dua jenis tanaman kayu, yaitu kayu putih dan duabanga baru dikembangkan. Prosesnya masih melalui pantauan intens di laboratorium.  

Area Reklamasi Perusahaan

Sebanyak 62,34% lahan dari total bukaan lahan tambang batu bara PT Indominco Mandiri, direvegetasi menjadi hutan dan area konservasi lainnya. Hal ini terkait dengan kewajiban perusahaan sebagai pengguna Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH).

Sejak 1997 hingga Juni 2025, total lahan yang telah melalui revegetasi adalah 9.558,12 hektare. Sementara itu, total lahan konsesi perusahaan ini mencapai 24.121 hektare dan telah dibuka seluas 15.331,90 hektare hingga Juni 2025. 

Sebagian area reklamasi tersebut menjadi arboretum seluas 65 hektare. Program seperti adopsi pohon, budidaya lebah kelulut, monitoring keanekaragaman hayati, dan perhitungan serapan karbon dilakukan di area ini. Tanaman yang berhasil dikembangkan di kultur jaringan, akan dipindah ke area tersebut. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas