Perusahaan BUMN di sektor energi, Pertamina meningkatkan investasinya pada tahun ini sebesar 84% dibanding tahun lalu. Investasi terbesar perusahaan pelat merah ini ke sektor hulu minyak dan gas bumi dengan menargetkan pengeboran 411 sumur tahun ini.
Target pengeboran sumur itu meningkat 17% dibanding tahun lalu yang tercatat 351. Direktur Utama Pertamina Nicke Widwayati mengatakan, perusahaan mengalokasikan dana investasi US$ 7,8 miliar atau naik 84% dibanding tahun lalu senilai US$ 4,2 miliar.
“Investasi terbesar berada di sektor hulu US$ 3,7 miliar, agar Pertamina bisa terus meningkatkan produksi minyak dan gas (migas) dalam rangka menuju target 1 juta barel,” kata Nicke dalam siaran pers, Sabtu (7/3).
(Baca: Cari Cadangan Migas, Pertamina Eksplorasi Dua Lapangan di Kalimantan)
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu berharap bisa berkontribusi 65% terhadap produksi minyak nasional, dari sisi domestik. Sebagaimana diketahui, pemerintah menargetkan produksi migas 1 juta barel per hari.
Pada 2030, Pertamina menargetkan dua lini bisnis berkontribusi besar terhadap volume produksi. Keduanya yakni pengurasan sumur minyak (Enhanced Oil Recovery/EOR) dan transformasi resources to production di lapangan-lapangan migas besar.
Setidaknya, kedua lini bisnis itu masing-masing bisa menyumbang 36% terhadap total produksi pada 2030. “Perlu terobosan dari sisi komersial, regulasi, dan teknologi untuk merealisasikan target tersebut,” katanya.
(Baca: Pertamina Tambah Produksi Minyak Dari Pengeboran Sumur di Field Cepu)
Ia berjanji perusahaan bakal terus meningkatkan produksi migas secara bertahap. Pada tahun ini, produksinya ditarget 923 MBOEPD, naik dibanding prognosa 2019 sebesar 906 MBOEPD.
“Pertamina harus terus bekerja keras untuk bisa menahan penurunan secara alamiah (natural decline rate),” kata dia. Sebab, sumur yang dikelola sudah tua.
Karena itu, perusahaan akan lebih agresif mencari dan menemukan tambahan cadangan migas melalui survei seismik. Tahun ini, total luasan survei seismik 2D termasuk 2D open area mencapai lebih dari 31 ribu kilometer, meningkat 500% dibanding 2019.
Sedangkan untuk seismik 3D mencapai lebih dari 1.000 kilometer persegi, meningkat 55% secara tahunan. “Tahun ini, Pertamina melakukan survei seismik terbesar di kawasan Asia Pasifik,” ujar Nicke.
Selain itu, produksi energi baru terbarukan akan ditingkatkan. Utamanya, panas bumi yang ditarget 4.635 GWH, naik 9% dibanding prognosa 2019 yang tercatat 4.271 GWH.