Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang cukup besar. Namun, pemanfaatan EBT masih sangat minim.
Realisasi EBT hingga saat ini baru mencapai 32 megawatt (MW) dari potensi 400 MW. "Masih sangat kecil. Kami harus buat perencanaan upaya optimalkan," kata Arifin dalam acara pameran EBTKE ConEX 2019 di Jakarta, Rabu (6/11).
Pihaknya pun akan membuka pintu untuk berdialog kepada para pemangku kepentingan. Diharapkan upaya ini dapat mendorong pemanfaatan EBT lebih maksimal.
"Kita tidak hanya cukup kerja sama penelitian tapi juga kerjakan dengan baik. Tentu saja yang penting kami harus kerjakan dan ini akan dorong perkembangan EBTKE," ujar Arifin.
(Baca: Hingga September, Kapasitas Panas Bumi Capai 2003,3 MW)
Databoks Katadata.co.id mencatat Sepanjang 2017 hingga semester I 2019 telah ditandatangani 75 kontrak jual beli listrik (Power Purchasing Agreement/PPA) pembangkit EBT dengan kapasitas 1.581 MW.
Dari jumlah kontrak tersebut, terdapat lima yang sudah beroperasi secara komersial (Comercial Operation Date/COD). Sedangkan proyek yang memasuki tahap konstruksi baru 30 kontrak.
Padahal alam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028 pemerintah menargetkan tambahan kapasitas pembangkit EBT 16.714 GW. Target pada tahun ini sebesar 560 MW dan tahun depan 933 MW. Berikut data kontrak EBT dari 2017 hingga semester I 2019 :
(Baca: Indonesia Sulit Capai Bauran Energi 23% Meski Potensi EBT Cukup Besar)
Di sisi lain, Indonesia telah menandatangani Paris Agreement sehingga bauran energi ditargetkan mencapai 23% pada 2025. "Kita terhentak saat ikut inisiasi di Paris, dampaknya dirasakan, bagaimana perubahan iklim. Tentu saja inisiasi ini juga jadi peluang melakukan inovasi dan create bisnis baru yang terlibat masalah energi," katanya.
Di sisi lain, Masyarakat Energi Baru Terbarukan Indonesia (METI) menyebutkan perlu adanya sosok Wakil Menteri ESDM yang berfokus menangani perkembangan EBT. Hal ini diperlukan guna mendukung peningkatan dan pengembangan EBT di Indonesia lebih optimal.
"Alangkah baiknya Presiden perlu menunjuk tim penguat EBT atau Wakil Menteri ESDM yang khusus menangani EBT sehingga target bauran dapat terpenuhi," kata Ketua Umum METI Surya Darma.
Produksi EBT Indonesia sejak 2000 hingga saat ini terus meningkat. Pada 2000, produksi EBT sebesar 19.599,8 GWH. Angka tersebut meningkat 111% menjadi 41.314 GWH pada 2017.
Sementara itu, kapasitas terpasang listrik EBT pada 2010 baru 5.475,4 MW. Namun, pada 2018 kapasitas terpasang listrik EBT naik 73% menjadi 9.484 MW.
Namun, target pemanfaatan EBT dalam RUPTL 2019-2028 juga cukup tinggi. Pemerintah menargetkan bauran pembangkit listrik EBT sebesar 11,4% pada 2019 dan akan meningkat menjadi 23,2% pada 2028.
Adapun produksi listrik EBT dunia pada 2000 sebesar 2.850.585,2 GWH dan meningkat menjadi 6.190.947,8 GWH pada 2017. Sementara kapasitas terpasang energi EBT mencapai 753.949,5 MW pada 2000 kemudian meningkat menjadi 2.356.346,4 MW pada 2018. Data selengkapnya terkait produksi EBT dalam grafik Databoks berikut ini :