Institute for Essential Services Reform (IESR) menyatakan potensi pengguna Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap untuk rumah tangga terbesar ada di Jawa Timur (Jatim). Potensi kapasitas listriknya mencapai 117,2 Gigawatt per peak (GWp).
Disusul Jawa Barat sebesar 111,9 GWP, Jawa Tengah 109,9 Gwp, Sumatera Utara 34,6 Gwp, Banten 29,1 GWp, DKI Jakarta 22,9 GWp, Lampung 21,9 GWp, Sulawesi Selatan 21,3 GWp, Sumatera Selatan 17,1 GWp, dan Riau 14,8 GWp. Data ini dibuat berdasarkan kajian IESR di 34 provinsi.
Selain itu, IESR melakukan kajian untuk PLTS atap segmen rumah tangga di dua kota metropolitan, yaitu Jabodetabek dan Surabaya. Hasilnya menunjukan ada pengguna rumah tangga yang memasang PLTS atap tanpa perhitungan finansial.
"Jadi, alasannya memang unik, ada yang menilai PLTS atap itu merupakan tren, dan membuat rumah jadi lebih terlihat memiliki teknologi tinggi," ujar Manajer Akses Energi Berkelanjutan IESR, Marlistya Citraningrum, di Jakarta, Selasa (30/7).
(Baca: Menteri Jonan Dorong Masyarakat Gunakan Energi Bersih dari PLTS Atap)
Untuk membuat PLTS atap jadi lebih menarik bagi masyarakat, IERS menyarankan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah memberikan subsidi untuk panel atau modul surya berupa diskon Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). "Bali misalnya akan segera mengeluarkan Peraturan Gubernur tentang energi bersih, yang juga telah mengakomodasikan rekomendasi ini," ujar Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa.
IESR juga berharap pemerintah memberikan insentif fiskal berupa pemberian bunga yang rendah untuk menyicil pembelian PLTS atap. Adapun biaya investasi untuk pemasangan PLTS atap berkisar Rp 13-18 juta per kilowatt per peak (kWp).
Besarnya investasi ini menjadi pertimbangan penting bagi sebagian besar masyarakat untuk memasang PLTS atap. Maka tidak heran jika perkembangan PLTS atap sangat lamban dibandingkan negara di Asia lainnya.
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga akhir tahun 2018, total kapasitas terpasang PLTS atap baru mencapai 95 Megawatt (MW). PT PLN (Persero) dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028 pun hanya menargetkan kapasitas terpasang sebesar 2 GW.
(Baca: BUMN Diajak Bersinergi Kejar Target Pembangkit Listrik Tenaga Surya)