Surya Jadi Sumber Energi Terbesar yang Potensial Dikembangkan di NTB

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ilustrasi.
13/12/2018, 15.46 WIB

Matahari menjadi sumber energi terbesar yang paling potensial dikembangkan di Nusa Tenggara Barat (NTB). Ini merupakan hasil kajian perusahaan konsultan dan penelitian di bidang energi dan perubahan iklim asal Denmark Ea Energy Analyses.

Dalam kajian itu, matahari di NTB bisa dimanfaatkan menjadi sumber energi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Potensi listrik yang bisa dihasilkan dari pembangkit berbasis tenaga matahari itu bisa mencapai 903 Mega Watt (MW).

Listrik yang bisa dihasilkan PLTS itu mengalahkan beberapa sumber energi lainnya di NTB. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau Angin (PLTB) hanya bisa menghasilkan 431 MW. Kemudian, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dan Arus Laut (PLTAL) masing-masing hanya bisa menghasilkan 100 MW.

Sumber energi lainnya yang bisa dimanfaatkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) sebesar 81 MW. Ada juga potensi dari Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) 28 MW.

Selain potensinya yang besar, kajian Ea Energy Analyses itu menyebutkan, penyinaran matahari di NTB setiap jamnya bisa konstan sepanjang tahun. Apalagi, periode Mei hingga Oktober. Pada musim itu, matahari bersinar paling konstan. "Radiasi matahari di NTB sepanjang tahun konstan," kata Konsultan Ea Energy Alberto Dalla Riva, di Jakarta, Kamis (13/12).

Konsultan perusahaan jasa profesional asal Inggris KPMG Bjarne Bach juga menyatakan PLTS baik yang dipasang di atap atau tidak, memiliki tingkat kerusakan terendah dibandingkan pembangkit lainnya. Ini karena, teknologinya lebih sederhana. "Tingkat kerusakannya hanya sekitar 7-14%," kata dia.

Di sisi lain, meski memiliki potensi besar, kapasitas pembangkit listrik berbasis sinar surya yang sudah ada di NTB hanya 1 MW. Itu pun PLTS Atap. Pembangkit listrik lainnya yang sudah beroperasi adalah Mikro Hidro dengan kapasitas 14 MW.

Manager Perencanaan Sistem PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)(Persero) Gede Loka mengatakan ke depan pihaknya akan mengemabangkan pembangkit listrik EBT guna mendorong bauran energi. Namun, PLN belum memastikan perusahaan yang akan berkolaborasi dalam pembangunan proyek ini.

PLN juga belum bisa memastikan target kapasitas pembangkit EBT yang akan dicapai. "Tentunya kami ingin ada pembangkit energi terbarukan lebih banyak ke depannya," kata Loka.

(Baca: Dua Penyebab Aturan PLTS Atap Tak Menarik)

Sementara itu, Danis Energy Agency (DEA), Dewan Energi Nasional (DEN) dan beberapa industri di sektor kelistrikan telah memperkirakan biaya investasi proyek EBT dengan asumsi teknologi yang digunakan. Investasi PLTP US$ 4,5 per MW. Investasi PLTBm yaitu US$ 2.5 per MW. Sedangkan, nilai investasi PLTB US$ 1.8 per MW. Investasi PLTS US$ 1.25 per MW. Nilai investasi PLTMh US$ 1.9 MW.