PLN menjalin kerja sama dengan empat perusahaan untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia. Perusahaan setrum negara itu menandatangani nota kesepahaman dengan Grab, Wuling, Gesit Motor yang diproduksi PT Wika Industri Manufaktur, dan Hyundai Indonesia sore tadi, Rabu (18/11).
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan sinergi ini untuk menggenjot pengembangan kendaraan listrik nasional. Ada enam poin dalam kerja sama itu. Pertama, studi dan perencanaan bersama untuk mempercepat masuknya EV di Indonesia.
Kedua, standarisasi protokol komunikasi antara home charger dan sistem aplikasi PLN. Ketiga, penyediaan paket layanan daya sambungan kepada pembeli kendaraan bermotor. Keempat, kolaborasi layanan PLN dengan pembeli. Kelima, joint branding dengan mitra kendaraan listrik, Terakhir, program joint branding lanjutan.
Dengan kerja sama tersebut, masyarakat tidak perlu lagi ragu memakai kendaraan listrik. PLN siap mendukung ekosistemnya. “Kami menyadari mendorong perubahan tidak mudah dan tidak mungkin dilakukan sendiri. Kami butuh dukungan penuh stakeholder dan mitra,” kata Zulkifli secara virtual.
Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia Makmur mengatakan pihaknya mempunyai misi untuk mendorong pengembangan mobil listrik di Indonesia. Dua jenis mobil listrik baru saja perusahaan luncurkan, yaitu Kona dan Ioniq.
Untuk membangun ekosistem EV, menurut dia, perlu kerja sama lintas sektor. Hyundai memiliki program penambahan infrastruktur di berbagai tempat di Indonesia. Karena itu, perusahaan membutuhkan dukungan dari PLN. "Kami yakin dengan adanya kerja sama ini membuat Indonesia siap (dengan EV),” ujar Makmur.
Wika Industri Manufaktur berharap motor listrik buatannya dapat diterima masyarakat. "Saya berharap pengembangan listrik yang mudah dan murah menjadi daya tarik masyarakat untuk beralih dari kendaraan konvensional ke listrik," kata Direktur Utama PT Wika Industri Manufaktur M. Samyarto.
Director Government Affairs Grab Ridzki Kamadibrata mengatakan perusahaan telah mengoperasikan lebih dari 5 ribu armada kendaraan listrik mulai dari motor hingga mobil. “Ekosistem ini sangat penting karena kami butuh dukungan,” ujarnya.
Wuling pun tengah memasuki tahap studi kendaraan listrik. Wakil Direktur PT SGMW Motors Indonesia (Wuling) Sun Zhonghao mengatakan pihaknya akan terus berinovasi untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang ada di Indonesia. "Harapan kami, kerja sama ini dapat meningkatkan studi terkait infrastruktur charging dan home charging,” katanya.
Potensi Besar Pasar Kendaraan Listrik RI
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa sebelumnya mengatakan Indonesia memiliki potensi besar untuk kendaraan listrik. Angkanya sekitar 10% hingga 20% dari total mobil penumpang yang terjual per tahun. Rata-rata jumlah kendaraan roda empat yang terjual berkisar 1 juta hingga 1,2 juta unit setiap tahun.
Namun, adaptasi kendaraan listrik masih memiliki sejumlah persoalan. Pertama, harganya masih mahal ketimbang mobil berbahan bakar minyak. Kedua, ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum atau SPKLU yamg masih minim. Ketiga, tipe mobil yang masih terbatas. Semua itu, menurut Fabby, sangat mempengaruhi psikologis konsumen.
Idealnya, pemerintah memberikan insentif untuk produksi dan pajak kendaraan listrik. Dengan begitu, harganya dapat turun di kisaran Rp 400 juta. Sebagai perbandingan, Hyundai baru saja meluncurkan dua tipe mobil listrik di Indonesia bertipe Ioniq dan Kona yang harganya di kisaran Rp 600 jutaan.
Fabby mengatakan pemerintah sebaiknya membuat target terukur untuk kendaraan listrik. “Berikan insentif untuk konsumen yang beralih ke mobil listrik, dorong pembukaan pasar, dan dukung pembangunan fast charging station,” katanya.