Siemens Kembangkan Turbin Angin Lepas Pantai Penghasil Hidrogen

ANTARA FOTO/REUTERS/Phil Noble/aww/cf
Ilustrasi. Siemens sedang mengembangkan proyek turbin angin lepas pantai yang menghasilkan hidrogen.
Penulis: Sorta Tobing
14/1/2021, 12.49 WIB

Perusahaan multinasional asal Jerman, Siemens, sedang mengembangkan proyek turbin angin lepas pantai yang menghasilkan hidrogen. Rencana ini untuk mengantisipasi lonjakan permintaan bahan bakar tersebut dan upaya menurunkan emisi karbon di Uni Eropa.

Pelaksanaannya akan melibatkan anak usaha perusahaan, yaitu Siemens Gamesa dan Siemens Energy. Keduanya akan menginvestasikan 120 juta euro atau sekitar Rp 2 triliun untuk pengembangan energi baru terbarukan itu.

Perusahaan menyebut rencana ini merupakan langkah paling konkret untuk mengembangkan energi hidrogen. Kehadirannya diharapkan dapat mengungguli pesaing utamanya, yaitu Vestas dan General Electric. “Saya tidak tahu ada perusahaan lain yang menggabungkan energi angin, elektrolisis, dan teknologi tegangan tinggi lepas pantai dalam satu perusahaan,” kata Kepala Eksekutif Siemens Energy Christian Bruch, dikutip dari Reuters, Kamis (14/1).

Hidrogen buatan Siemens ini menargetkan pemain industri besar, termasuk baja, kilang, dan perusahaan kimia. Targetnya pada pertengahan 2020-an teknologi tersebut sudah dapat beroperasi komersial. 

Sebagai informasi, Siemens Energy telah terpisah dari induknya, Siemens, pada tahun lalu. Sekitar seperenam listrik dunia berasal dari teknologi grup tersebut. Siemens Energy memiliki 67% saham Siemens Gamesa. Perusahaan yang terakhir ini merupakan pembuat turbin angin lepas pantai terbesar di dunia.

Kolaborasi kedua perusahaan ini akan mengintegrasikan teknologi elektrolisis untuk menghasilkan hidrogen di turbin lepas pantai. “Kami sedang mengembangkan turbin 14 megawatt (MW) yang akan menjadi produk unggulan kami di pertengahan dekade ini,” kata Kepala Eksekutif Siemens Gamesa Andreas Nauen. 

Bahan bakar hidrogen terbentuk dengan cara memisahkan air memakai listrik. Hidrogen hijau berasal dari energi angin dan matahari. Sementara, hidrogen abu-abu yang lebih murah diproduksi dari bahan bakar fosil.

Jerman Berambisi Jadi Pemimpin Industri Hidrogen

Sebagian besar proyek hidrogen hijau di seluruh benua masih dalam tahap percobaan. Namun, Uni Eropa mematok target ambisius. Investasi untuk energi ini bakal mencapai 470 miliar euro atau sekitar Rp 8.054 triliun pada 2050 dan menciptakan 1 juta lapangan pekerjaan.  

Dalam laporan Energy Outlook 2020, BP memprediksi akan terjadinya pergeseran konsumsi energi. Pada 2050, sumber energi utama yang dikonsumsi berasal dari energi terbarukan, menggantikan minyak yang menjadi sumber utama pada 2018.  Hidrogen menjadi salah satu sumber energi yang akan meningkat pemanfaatannya. 

Tak heran, pemerintah Jerman mendukung rencana Siemens Energy dan Siemens Gamesa. Negeri Panser juga telah mengalokasikan 9 miliar euor untuk industri hidrogen nasional dengan tujuan menjadi pemimpin global di bidang ini. 

Kemarin, Berlin menyebut akan memberikan 700 juta euro untuk mendukung pendanaan tiga proyek serupa pada 2025. “Hidrogen hijau adalah kesempatan sekali seumur hidup bagi Jerman untuk hal inovasi dan industri,” kata Menteri Riset Anja Karliczek. 

Proyek Siemens Gamesa akan berada di Laut Baltik dan Utara yang berbatasan langsung dengan Jerman. Kapasitas pembangkit listriknya sektiar 100 sampai 200 megawatt. 

Klien potensial alias konsumennya harus berada di dekat sumber energi tersebut. Transportasi hidrogen dari turbin lepas angin membutuhkan jaringan pipa, bukan kabel lsitrik. “Pelaku potensialnya termasuk industri di wilayah pesisir, seperti Perusahaan kimia, dan baja,” ucap Nauen.