Pertamina Geothermal Kembangkan Hidrogen Hijau di WKP Ulubelu

ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Pekerja mengisolasi "upstream" dan "downstream control valve rock muffler" pada pemeliharaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) di Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Karaha, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (25/2/2020).
1/7/2021, 16.30 WIB

Pertamina Geothermal Energy (PGE) melakukan kajian awal untuk mengembangkan bahan bakar green hydrogen atau hidrogen hijau. Adapun wilayah kerja panas bumi (WKP) Ulubelu menjadi proyek pertama untuk riset pengembangan sumber energi bersih ini.

Manager Government and Public Relation Pertamina Geothermal Energy Sentot Yulianugroho menjelaskan WKP Ulubelu mempunyai kriteria yang cocok untuk riset pengembangan hidrogen hijau. Pasalnya, fluida panas bumi di area tersebut masih didominasi oleh air dan uap panas yang cocok untuk pengembangan hidrogen.

Meski demikian, rencana pengembangan hidrogen saat ini memang masih dalam tahap inisiasi. Namun, PGE telah membentuk tim yang cukup serius guna mengembangkan produk turunan dari panas bumi ini.

"Tahapan yang saat ini dilakukan untuk green hydrogen ini masih sebatas rencana pengembangan. Bisa dibilang masih proses inisiasi," katanya dalam diskusi secara virtual bersama Katadata.co.id, Kamis (1/7).

Sementara untuk tahun ini sendiri, Sentot mengaku perusahaan masih mengkaji mengenai implementasi realisasi dari investasi yang diperlukan untuk pengembanagn hidrogen hijau. Namun, tim geothermal beyond energy telah mempersiapkan dokumen yang nantinya menjadi dokumen pendukung pengalokasian investasi.

Sebelumnya, Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto mengatakan untuk merealisasikan ambisi tersebut, PGE membutuhkan investasi awal sekitar US$ 5 juta atau sekitar Rp 71,8 miliar.

Menurut dia keseriusan perusahaan dalam mengembangkan hidrogen hijau akan dimulai tahun ini. Pengembangan hidrogen rencananya akan diimplementasikan di WKP milik perusahaan.

Meski demikian estimasi biaya investasi tersebut baru meliputi dari sisi hulu. Dengan perhitungan produksi hidrogen hijau mencapai 100 kg per hari. "Rentangnya antara US$ 3-5 juta. Ini baru dari sisi hulu. Kami juga melihat sisi transportasi dan penyimpanannya," ujar dia.

Perusahaan juga tengah berkoordinasi dengan beberapa kementerian terkait pemanfaatan hidrogen hijau. Di samping itu, perusahaan juga tengah mencari mitra strategis untuk menjalankan bisnis ini.

Pasalnya, dari sisi keekonomian, biaya produksi hidrogen hijau masih terbilang mahal dibandingkan jenis hidrogen lainnya. Meski demikian ia optimistis, biaya produksi hidrogen hijau akan murah seiring dengan berkembangnya teknologi.

Apalagi potensi pasar untuk hidrogen hijau di seluruh dunia terbilang cukup besar. Mengingat semua negara mulai fokus pada upaya pengurangan emisi gas rumah kaca.

Reporter: Verda Nano Setiawan