Pertamina Geothermal Incar Potensi Pasar Hidrogen Hijau Singapura

ANTARA FOTO/ REUTERS/Edgar Su/hp/dj
Pemandangan perahu yang nyaris kosong dekat Merlion Park, Marina Bay, Singapura. Pertamina Geothermal Energy mengincar pasar Singapura untuk produk hidrogen hijau yang saat ini tengah dikembangkan.
1/7/2021, 17.13 WIB

Pertamina Geothermal Energy (PGE) mulai serius dalam mengembangkan energi baru jenis green hydrogen atau hidrogen hijau Pasalnya, potensi pasar untuk sumber energi baru ini cukup terbuka lebar. Salah satu pasar potensial yang menjadi incaran anak usaha Pertamina ini yaitu Singapura.

Manager Government and Public Relation Pertamina Geothermal Energy Sentot Yulianugroho mengatakan bahwa pihaknya saat ini memang tengah menjajaki penetrasi pasar di luar negeri. Menurutnya, Singapura saat ini tengah membutuhkan pasokan hidrogen hijau untuk bahan bakar kapal.

"Dari luar negeri seperti Singapura itu sudah digunakan bahan bakar untuk transportasi kapal. Ini yang sedang kami jajaki untuk bisa kesana marketnya," ujarnya dalam diskusi secara virtual, Kamis (1/7).

Sementara, untuk di dalam negeri sendiri, PGE juga telah melakukan penjajakan kerja sama untuk memenuhi kebutuhan kilang milik Pertamina. Pasalnya, pemanfaatan hidrogen hijau di Indonesia baru terbatas di sektor industri. "Sampai saat ini Indonesia belum ke arah transportasi," ujarnya.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa pemanfaatan hidrogen hijau di sisi hilir masih terkendala. Untuk bahan bakar mobil, misalnya, dibutuhkan teknologi konversi hidrogen menjadi listrik.

"Jadi pengembangan energi terbarukan itu akan membutuhkan waktu panjang. Untuk melihat hidrogen di jalan raya, kita perlu mengubah teknologi kendaraannya,” kata Dadan.

Meski demikian, pemerintah juga sedang mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan dari hidrogen. Salah satunya dengan sumber energi panas bumi dan tenaga surya.

Negara ini memiliki sumber daya yang cukup besar untuk kedua energi tersebut. “Kita dapat pakai panas bumi. Saat subuh, listrik tidak terlalu terpakai, dapat dipakai untuk produksi hidrogen,” ujarnya.

Selain itu, pemerintah juga bakal mengandalkan potensi dari sumber energi PLTS untuk proses produksi hidrogen hijau. Nusa Tenggara Timur memiliki potensi matahari yang besar.

Reporter: Verda Nano Setiawan