Target Bauran EBT Meleset, ESDM Genjot Pemanfaatan PLTS hingga Biofuel
Kementerian ESDM bakal menggenjot pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap demi mendongkrak porsi bauran energi baru dan terbarukan atau EBT yang menyusut.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan PLTS dapat menambah peningkatan bauran EBT nasional. Meskipun pemerintah tak memasukkan PLTS atap dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030.
"Hitungannya ini menjadi tambahan, diharapkan mempersempit gap realisasi dan target," kata dia dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Triwulan III 2021 dan Isu-Isu Terkini Subsektor EBTKE, Jumat (22/10).
Hingga September 2021, kapasitas terpasang PLTS atap mencapai 39,28 megawatt-peak (MWp). Berdasarkan jumlah pemakainya, saat ini telah menjangkau 4.262 pelanggan.
Pemerintah juga bakal menggenjot pengembangan program biofuel atau bahan bakar nabati (BBN). Selain itu juga mendorong pemanfaatan sumber energi baru terbarukan untuk kepentingan lain dan pemanfaatan langsung.
Dadan mencontohkan proyek yang saat ini sedang berjalan yakni sisa uap dari proyek PLTP Wayang Windu didorong untuk dimanfaatkan menjadi pengering teh. "Sebelumnya menggunakan bahan bakar minyak. Kalau pakai uap ini bisa mengurangi konsumsi BBM," ujarnya.
Kemudian, pemerintah juga akan mendorong program co-firing atau pencampuran biomassa dengan batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Setidaknya hingga saat ini program ini telah diujicobakan di 29 PLTU.
"Kapasitas tidak tambah, teknologi siap, ya campur saja. Jadi tambah porsi pemanfaatan EBT. Termasuk biogas, kan selama ini untuk listrik tapi listriknya tidak dibutuhkan, jadi didorong jadi bahan bakar," ujarnya.
Kementerian ESDM menyebut kebutuhan biomassa untuk program co-firing dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 akan terus meningkat. Adapun pada 2030 kebutuhannya diproyeksikan mencapai 11 juta ton per tahun.
ESDM mencatat realisasi dari bauran EBT hingga kuartal ketiga 2021 mengalami penurunan. Realisasi pada 2020 mencapai 11,2%, tapi pada kuartal ketiga 2021 realisasinya justru turun menjadi 10,9%.
Kondisi ini terjadi bukan lantaran pembangkit EBT yang berkurang. Namun, karena terjadi kenaikan dari penggunaan energi fosil.