Pertamina dan ExxonMobil Kerja Sama Kembangkan Teknologi Rendah Karbon

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/rwa
Petugas mengecek instalasi di PLTP Kamojang, Garut, Jawa Barat, Rabu (8/9/2021).
Editor: Lavinda
2/11/2021, 20.32 WIB

PT Pertamina (Persero) menjalin kerja sama dengan Exxonmobil untuk mengembangkan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Hal ini ditandai dengan penandatangan memorandum of understanding (MoU) di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia.

Dalam penandatanganan ini, kedua perusahaan sepakat untuk mengevaluasi potensi dari penggunaan teknologi penangkapan karbon, penyimpanan karbon, hingga pemanfaatan hidrogen rendah karbon.

"Kemitraan ini sangat penting untuk mengurangi efek gas rumah kaca dan meningkatkan kapasitas produksi gas minyak nasional," ujar Menteri BUMN Erick Thohir dalam keterangan tertulis, Selasa (2/11).

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menilai kolaborasi tersebut akan memperkuat kemitraan strategis yang berkelanjutan antara Pertamina dan ExxonMobil. Terutama yang telah terjalin sejak tahun 1970-an di sektor hulu serta di sektor hilir beberapa waktu lalu.

"Kombinasi dari kebijakan pemerintah yang tepat dan kolaborasi industri akan berpotensi memberikan dampak yang luar biasa di sektor-sektor yang menyumbang emisi tertinggi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara,” ujarnya.

Dalam rangka menghadapi perubahan iklim global, langkah-langkah pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dianggap sangat penting dilakukan. Ini supaya peningkatan suhu global tidak melebihi 1,5 derajat celcius.

Dalam kaitan pengurangan emisi, di sektor hulu, Pertamina juga telah menginisiasi beberapa proyek CCUS pada lapangan migas dengan potensi pengurangan emisi karbon dioksida hingga 18 juta ton.

Salah satunya yakni, di Lapangan Gundih, Cepu, Jawa Tengah yang terintegrasi dengan teknologi Enhanced Gas Recovery (EGR). Proyek yang ditargetkan beroperasi pada 2026 ini berpotensi mengurangi sekitar 3 juta ton CO2 dalam 10 tahun dan berpotensi meningkatkan produksi migas.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan penerapan teknologi CCUS merupakan bagian dari agenda transisi energi menuju energi bersih yang tengah dijalankan Pertamina. Teknologi rendah karbon ini akan mendukung keberlanjutan bisnis Pertamina di masa depan.

Meski begitu, tantangan dalam pengembangan CCUS terletak pada nilai investasi yang besar dan nilai keekonomian yang belum ideal. Karena itu, Pertamina terus melakukan sinergi dan kerja sama dengan berbagai perusahaan migas dunia.

Bersama ExxonMobil, Pertamina menurutnya akan mengembangkan penerapan teknologi rendah karbon untuk mencapai emisi net-zero dalam mempromosikan global climate goals.

Teknologi CCS diaplikasikan melalui penerapan proses injeksi CO2 ke dalam lapisan subsurface untuk diterapkan pada depleted reservoir di wilayah kerja Pertamina, serta mengkaji potensi skema hubs and cluster.

Pertamina dan ExxonMobil juga akan mengkaji terkait berbagi data technical subsurface yang diperlukan untuk penilaian subsurface formation sebagai tempat menyimpan CO2 dan karakteristik di lokasi tertentu di Indonesia.

Kedua perusahaan juga akan mengkaji terkait berbagi data infrastruktur termasuk data pipa, fasilitas dan sumur untuk mengevaluasi penggunaan ulang infrastruktur yang ada untuk transportasi.

Aplikasi teknologi ini juga dapat diterapkan pada produksi blue hydrogen yang dikombinasikan dengan teknologi CCS. Aplikasi lainnya yang akan dikaji yakni CCUS yaitu pemanfaatan CO2 yang akan diubah menjadi produk bernilai tambah yang penerapannya dilakukan di industri hulu dan hilir migas.

Reporter: Verda Nano Setiawan