COP26: 47 Negara Sepakat Pangkas Emisi Karbon dari Industri Kesehatan

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Ilustrasi. 54 institusi dari 21 negara yang mewakili lebih dari 14.000 rumah sakit dan pusat kesehatan telah bergabung dengan UNFCCC Race to Zero dan berkomitmen untuk mencapai nol emisi karbon.
Penulis: Agustiyanti
9/11/2021, 07.20 WIB

Sebanyak 47 negara berkomitmen untuk mengembangkan sistem kesehatan yang tahan terhadap perubahan iklim dan mendukung rendah karbon pada Konferensi Perubahan Iklim PBB di Glasgow (COP26). Sebagian besar negara yang berpartisipasi ini rentan terhadap bahaya kesehatan yang disebabkan oleh perubahan iklim dan merupakan penghasil karbon terbesar dunia. 

Empat puluh dua dari negara-negara ini telah berkomitmen untuk mengubah sistem kesehatannya menjadi lebih berkelanjutan dan rendah karbon. Sementara 12 negara telah menetapkan tanggal untuk mencapai target emisi nol karbon bersih pada atau sebelum 2050.

Komitmen tersebut dibuat sebagai bagian dari Program Kesehatan COP26, kemitraan antara pemerintah Inggris, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Juara Iklim Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) dan kelompok kesehatan, seperti Health Care Without Harm .

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesu menegaskan masa depan kesehatan harus dibangun di atas sistem yang tak hanya tahan terhadap dampak epidemi, pandemi, dan keadaan darurat lainnya, tetapi juga terhadap dampak perubahan iklim.  "Termasuk peristiwa cuaca ekstrem dan meningkatnya beban berbagai penyakit terkait polusi udara dan lingkungan. Planet kita semakin memanas,” kata Tedros dalam siaran pers, Selasa (9/10). 

Ia menilai, sistem kesehatan juga harus menjadi bagian dari solusi untuk mengurangi emisi karbon. "Kami mengapresiasi negara-negara yang telah berkomitmen untuk membangun sistem kesehatan yang tahan iklim dan rendah karbon, dan kami berharap dapat melihat banyak negara lain mengikuti jejak mereka dalam waktu dekat,” kata dia.

Negara-negara yang telah berkomitmen untuk mencapai sistem kesehatan yang rendah karbon dan berkelanjutan termasuk di antaranya Argentina, Fiji, Malawi, Spanyol, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat dan 36 lainnya.  Selain itu, ada negara-negara yang telah berkomitmen untuk meningkatkan ketahanan iklim sistem kesehatan, di antaranya termasuk Bangladesh, Ethiopia, Maladewa, Belanda, dan 42 lainnya.

Pemerintah Fiji, misalnya, telah menanggapi peningkatan angin topan, banjir bandang, dan naiknya permukaan laut yang menyebabkan kekurangan air minum akibat intrusi air asin. Mereka akan membangun infrastruktur kesehatan yang lebih tahan iklim, memperkuat tenaga kerja kesehatan, dan menyediakan layanan kesehatan, fasilitas perawatan dengan layanan energi berkelanjutan.

“Pesan dari WHO dan profesional kesehatan di seluruh dunia jelas: perubahan iklim adalah tantangan kesehatan yang sangat besar dan kita perlu bertindak sekarang," kata dia. 

Tedros senang melihat begitu banyak negara memprioritaskan masalah ini melalui Program Kesehatan COP26.

Sementara itu, Menteri Eropa dan Amerika, di Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan Inggris Wendy Morton menilai, kepemimpinan yang kuat dari sektor kesehatan sangat penting untuk memastikan perlindungan masyarakat dari dampak perubahan iklim . Hal ini perlu dilakukan dengan meningkatkan ketahanan sistem kesehatan, dan mengurangi emisi dari sektor kesehatan. 

Komitmen negara muncul dari survei WHO, yang diluncurkan pekan ini, menunjukkan bahwa mayoritas negara sekarang memasukkan kesehatan dalam rencana iklim nasional mereka ke Perjanjian Paris. Namun, rencana itu seringkali belum diikuti dengan perencanaan tindakan kesehatan atau mekanisme dukungan yang terperinci.

Selain komitmen nasional, 54 institusi dari 21 negara yang mewakili lebih dari 14.000 rumah sakit dan pusat kesehatan telah bergabung dengan UNFCCC Race to Zero dan berkomitmen untuk mencapai emisi nol bersih.

Sejumlah besar pemimpin kesehatan berpartisipasi pada konferensi iklim PBB COP26, dan lebih dari 45 juta profesional kesehatan, yang mewakili dua pertiga dari tenaga kesehatan dunia, telah menandatangani surat yang mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan yang lebih kuat. Mereka memberikan catatan  bahwa “rumah sakit, klinik dan masyarakat di seluruh dunia telah menanggapi bahaya kesehatan yang disebabkan oleh perubahan iklim”.