Pemerintah berkomitmen untuk melakukan transisi energi dari energi fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT). Namun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperingatkan bahwa transisi energi akan mengubah berbagai hal.
"Perubahan pekerjaan, skenario pembangunan orientasi bisnis dan lainnya," kata Jokowi pada pidato 'S20 High Level Policy Webinar on Just Energy Transition', Kamis (17/3).
Oleh karena itu, Kepala Negara menilai transisi energi merupakan hal yang sangat kompleks sebab perlu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memerhatikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Apalagi, ada tiga tantangan besar dalam transisi energi.
Pertama, akses energi bersih. Saat ini, dunia menghadapi kenyataan bahwa tidak semua warga memiliki akses pada energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern.
Mantan Wali Kota Solo itu pun mengajak negara G20 mendorong energi bersih untuk semua. "Terutama energi untuk elektrifikasi dan clean cooking, leaving no one behind (jangan meninggalkan siapapun)," ujarnya.
Kedua, pendanaan. Presiden menjelaskan, transisi membutuhkan dana yang sangat besar untuk proyek-proyek baru. Ini artinya, transisi energi membutuhkan investasi yang baru.
Oleh karena itu, dibutuhkan eksplorasi mekanisme pembiayaan yang tepat agar tercipta keekonomian, harga yang kompetitif, dan tidak membebani masyarakat.
Kemudian, tantangan ketiga ialah dukungan riset dan teknologi. Presiden mengatakan, transisi energi memerlukan peran ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan teknologi baru yang lebih efisien dan kompetitif.
Selain itu, ilmu pengetahuan bisa menurunkan biaya dan meningkatkan nilai tambah pada produk industri energi baru terbarukan. Oleh karenanya, perlu persiapan kompetensi dan keahlian dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. "Sehingga tersedia SDM yang unggul untuk mendukung transisi energi," ujar dia.
Jokowi pun optimistis adanya peluang di balik tantangan tersebut. Ia memperkirakan, kemampuan mengatasi tantangan transisi energi akan membuka peluang dan lapangan kerja baru, peningkatan kebutuhan keahlian inovasi teknologi dan digitalisasi, dan terbukanya peluang ekonomi hijau untuk mempercepat pemulihan global.
Ia pun berharap G20 dapat menjembatani dan mendorong negara-negara berkembang dan maju untuk mempercepat proses transisi energi. "Kita harus membangun lebih banyak kolaborasi untuk mempermudah akses layanan energi yang terjangkau," ujar dia.