Jerman Targetkan Bauran EBT 80% pada 2030 untuk Lepas dari Gas Rusia

ANTARA FOTO/REUTERS/Alexandros Avramidis/rwa/cf
Ilustrasi energi terbarukan.
7/4/2022, 14.30 WIB

Jerman mengumumkan paket kebijakan untuk mengebut pengembangan dan perluasan energi terbarukan sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan energi Rusia, terutama gas alam.

Adapun paket kebijakan yang berisi rencana transisi energi hijau tersebut diumumkan Kementerian Ekonomi dan Iklim dengan target energi hijau menyumbang 80% dari bauran energi pada 2030.

Persentase tersebut naik sebesar 15% dari target bauran energi hijau sebelumnya yakni 65%. Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan perang di Ukraina menggarisbawahi pentingnya rencana ini.

"Di satu sisi, krisis iklim sedang memuncak. Di sisi lain, konflik Rusia dan Ukraina menunjukkan betapa pentingnya untuk menghapuskan bahan bakar fosil dan mempromosikan perluasan energi terbarukan," kata Habeck dikutip dari Reuters pada Kamis (7/4).

Tiga partai dari Pemerintah Jerman telah menguraikan tujuan mereka untuk memperluas energi terbarukan dalam kontrak koalisi yang mereka tandatangani November lalu. Undang-undang tersebut mencakup klausul baru yang menuliskan penggunaan energi terbarukan adalah untuk kepentingan keamanan publik.

Undang-undang Sumber Energi Terbarukan (EEG) Jerman menjelaskan target energi angin lepas pantai untuk mencapai setidaknya 30 GW pada 2030. Itu setara dengan kapasitas 10 pembangkit nuklir, dan pada tahun 2045 diperkirakan mencapai 70 GW.

Perubahan legislatif lebih lanjut diharapkan dapat berjalan selama tahun ini, khususnya mengenai efisiensi energi di gedung-gedung dan pengurangan emisi gas rumah kaca di sektor transportasi. Kabinet Pemerintahan Jerman menyetujui rencana tersebut meskipun mengandung nilai ekonomi liberal yang pro pasar bebas.

Sementara itu, bagian dari koalisi termasuk Partai Sosial Demokrat dan Partai Hijau bersikeras bahwa beberapa rincian Undang-undang harus dikupas di parlemen. Para ahli memperkirakan perubahan ini akan mulai berlaku pada 1 Juli.

Di sisi lain, Menteri Keuangan Christian Lindner mengatakan bahwa Jerman tetap harus mengeksplorasi cadangan minyak dan gas domestiknya di Laut Utara agar bisa mandiri dari pasokan energi Rusia.

Setelah bertahun-tahun makmur dari impor energi Rusia, Jerman dikejutkan oleh perdebatan tentang bagaimana melepaskan hubungan bisnis yang menurut para kritikus membiayai invasi Rusia ke Ukraina. Rusia memasok 40% kebutuhan gas Eropa.

"Saya pikir perjanjian koalisi (dengan Belanda) yang menetapkan bahwa kita tidak lagi ingin memproduksi minyak dan gas di Laut Utara dan tidak ingin mengeksplorasi ladang baru sudah ketinggalan zaman," kata Lindner.

Lindner mengatakan Jerman memiliki cadangan bahan mentah yang tidak terpakai dan harus bisa "berdiri di atas kakinya sendiri" dalam hal kebijakan energi.

Dia mengatakan bahwa pemerintah akan secara sistematis memperluas energi terbarukan untuk mengisi kesenjangan pasokan. Namun alternatif lain harus dipertimbangkan.

"Eksplorasi minyak dan gas dalam negeri memiliki perspektif ekonomi yang berbeda dari yang diasumsikan sebelumnya karena kenaikan harga energi. Kita harus melihat apa yang sebenarnya terjadi di Laut Utara. Jerman harus berbicara dengan mitra Eropanya, terutama Belanda, mengenai masalah ini," kata Lindner.

Sekitar satu miliar meter kubik gas dapat diproduksi setiap tahun dari ladang gas alam di daerah perbatasan Jerman-Belanda di Laut Utara dekat pulau Borkum.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu