Bank Indonesia mendorong implementasi ekonomi dan keuangan hijau, konsep ekonomi yang terus berkembang dibarengi aspek-aspek terhadap pelestarian lingkungan. Deputi Gubernur BI Juda Agung menyebut, terdapat beberapa kerugian jika Indonesia tidak segera mengimplementasi model ekonomi ini, salah satunya terhadap stabilitas moneter.
"Dari aspek ekonomi dan keuangan, apabila kita tidak bergegas melakukan berbagai kebijakan untuk menuju ekonomi hijau, maka dampaknya kepada ekonomi maupun terhadap sistem keuangan kita itu sangat signifikan," kata Juda dalam seminar Scaling Up Green Finance in Indonesia, Jumat (15/7).
Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi seringkali dicapai tanpa memperhatikan aspek dampak lingkungannya. Apalagi, kerusakan lingkungan seringkali justru merugikan masyarakat ekonomi bawah, seperti polusi udara, banjir dan kekeringan yang membebani masyarakat kurang mampu.
Kerugian ekonomi bisa ditekan jika mitigasi kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang kemudian menimbulkan cuaca ekstrem di Indonesia disebut bisa menimbulkan biaya hingga 40% dari produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2050. Namun, potensi kerugian itu bisa ditekan menjadi hanya 4% dari PDB jika berhasil mitigasi kerusakan lingkungan sesuai target Perjanjian Paris.
Menurutnya, ada tiga jalur kerugian ekonomi yang bisa terjadi. Pertama, melalui jalur perdagangan. Kinerja ekspor Indonesia bisa turun jika tak mampu memenuhi permintaan global terhadap komoditas yang memenuhi standar hijau.
"Ekspor kita juga tidak kompetitif karena semakin mahal akibat adanya pajak karbon dari negara pengimpor," kata Juda.
Kedua, melalui jalur investasi. Indonesia bisa kehilangan daya tariknya dari perusahan-perusahaan global yang tertarik menginvestasikan dananya kepada industri rendah karbon, salah satunya mobil listrik. Karenanya, perlu terus didorong berbagai kebijakan yang mendukung pengembangan industri hijau.
Ketiga, jalur keuangan. Akses terhadap keuangan global akan menjadi terbatas. Preferensi investor akan mulai bergerak menuju sektor-sektor yang berorientasi pada target rendah karbon.
Oleh karenanya, Juda menyebut lembaganya berkomitmen untuk mendorong pengembangan ekonomi hijau ini. Tiga risiko kerugian tersebut dapat berdampak signifikan terhadap stabilitas moneter.
"Kalau ekspor itu turun tentu saja dampaknya kepada transaksi berjalan, kemudian pada akses keuangan global, jadi berdampak kepada stabilitas moneter dan juga stabilitas sistem keuangan," kata Juda.
Ia menyebut ada tiga strategi untuk meningkatkan ekonomi hijau di Indonesia. Pertama, pentingnya merumuskan kebijakan agar tercipta transisi yang orderly, just dan affordable. Kedua, perlunya komitmen lembaga keuangan untuk mendukung pembiayaan hijau. Ketiga, pentingnya inovasi kebijakan hijau dan sinergi antar otoritas.