Indonesia baru memanfaatkan 2,5% atau 10,4 Giga Watt (GW) dari total potensi energi baru dan terbarukan 437,4 GW. Ada enam sumber energinya di Tanah Air.
"Yang digunakan baru 10 GW dari sumber matahari dan segala macam dengan harga murah," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat memberikan kuliah umum di Universitas Hasanuddin, Jumat (18/8).
Ia menjelaskan, Indonesia memiliki enam sumber energi baru dan terbarukan yakni:
- Gelombang laut
- Panas bumi
- Bioenergi
- Angin
- Air
- Panas matahari
Dari keenam tersebut, potensi energi panas matahari atau solar merupakan yang terbesar, yakni 207,8 GW. Namun pemanfaatannya baru 0,07% atau 153,5 Mega Watt Peak (MWp).
Rincian potensi energi baru dan terbarukan, serta penggunaannya di Indonesia sebagai berikut:
- Panas matahari: Potensi 207,8 GW, baru terpakai 0,07% atau 153,5 MWp
- Tekanan air atau hidro: Potensi 94,6 GW, baru terpakai 6.121 MW atau 8,16%
- Bioenergi: Potensi 67,8 GW, baru terpakai 5,8% atau 1.905,3 MW
- Bayu atau angin: Potensi 60,6 GW, baru terpakai 0,25% atau 154,3 MW
- Panas bumi: Potensi 23,9 GW, baru terpakai 2.130,7 MW atau 8,9%
- Gelombang laut: Potensi 17,9 GW, belum terpakai sama sekali
"Indonesia punya energi baru dan terbarukan itu 437,4 GW. Potensinya dari geothermal, angin, laut, macam-macam. Ini besar sekali angkanya," ujar Luhut.
Guna mempercepat penerapan energi baru dan terbarukan di Tanah Air, pemerintah dinilai perlu membuka keran investasi dari domestik maupun luar negeri. Namun tetap dengan menerapkan persyaratan bagi investor asing.
Syarat-syarat tersebut yakni:
- Kewajiban transfer teknologi oleh investor kepada pemerintah
- Ketetapan untuk memakai tenaga kerja Indonesia sebanyak mungkin secara bertahap
- Mematuhi skema business to business atau B2B
Hal itu agar Indonesia tidak terjebak dalam praktik perangkap utang atau debt trap. "Kami tidak mau terjebak perangkap utang. Para investor harus mematuhi itu," ujar Luhut.