Pertamina Power & New Renewable Energy (NRE) dan Pondera Development BV (Pondera) menandatangani perjanjian studi bersama atau joint study agreement tentang pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) lepas pantai yang terintegrasi dengan fasilitas produksi hidrogen hijau.
Kesepakatan ini dilakukan di Nusa Dua, Bali, pada Selasa (30/8). Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan kesepatan tersebut ditujukan untuk menggali potensi energi angin yang belum banyak dimanfaatkan.
Tidak hanya itu, dari proyek PLTB ini juga akan dikaji pengembangan fasilitas produksi hidrogen hijau. Artinya, ujar Nicke, proyek ini memiliki potensi besar untuk pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
”Kolaborasi Pertamina NRE dengan Pondera ini sangat strategis karena tidak hanya memberikan nilai bagi Pertamina NRE ataupun Pondera, melainkan juga untuk Indonesia," kata Nicke dalam siaran pers pada Jumat (2/9).
Indonesia memiliki potensi energi angin yang cukup besar. Dari hasil kajian Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM, ada beberapa lokasi di Indonesia yang cukup berpotensi untuk pengembangan PLTB, yaitu di antaranya pesisir selatan Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Maluku, dan NTT.
Rata-rata kecepatan angin di lokasi-lokasi tersebut mencapai 8 meter per detik pada periode Juni hingga Agustus. Adapun saat ini sudah ada dua PLTB yang beroperasi di Indonesia, keduanya berada di Provinsi Sulawesi Selatan.
Pertama berada di Kabupaten Sidenreng Rappang sebesar 75 megawatt (MW) dan di Kabupaten Jeneponto sebesar 60 MW. Berdasarkan bauran energi nasional, PLTB ditargetkan mencapai 255 MW pada 2025.
Dirut Pertamina Power Indonesia, Dannif Danusaputro, menyampaikan pengawalan menuju transisi energi memerlukan kolaborasi. Melalui kolaborasi ini, diharapkan adanya transfer teknologi, di samping manfaat komersial bagi kedua pihak.
Sebagai konsultan dan pengembang energi terbarukan global, Pondera, pernah mengembangkan proyek energi angin di darat maupun di lepas pantai di Eropa dan di Asia. Pengalaman yang dimiliki perusahaan asal Belanda ini meliputi pengukuran angin, studi kelayakan, permodelan angin, teknik PLTB, dan manajemen konstruksi.
Sampai saat ini, Pondera telah menangani proyek energi angin lebih dari 12 GW di berbagai negara. Eric Arends selaku Vice Chairman Pondera Group mengatakan Indonesia mempunyai target yang ambisius untuk pengembangan energi terbarukan.
Untuk mencapai target tersebut, seluruh sumber energi terbarukan harus dimanfaatkan, termasuk energi angin di darat dan di lepas pantai yang menjanjikan.
Menurutnya, mengembangkan ladang angin lepas pantai dalam skala besar dengan hidrogen hijau sebagai pembawa energi memerlukan studi yang komprehensif tentang kelayakan ekonominya, dengan mempertimbangkan kondisi setempat. "Kami merasa senang dan menantikan kerja sama dengan Pertamina NRE dalam proyek ini,” ujar Eric.
Adapun joint study agreement ini merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman yang ditandatangani kedua pihak pada 21 April 2022.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia baru memanfaatkan 2,5% atau 10,4 gigawatt (GW) dari total potensi energi baru dan terbarukan 437,4 GW. Simak potensi energi terbarukan RI pada databoks berikut:
Potensi energi panas matahari atau solar merupakan yang terbesar, yakni 207,8 GW. Namun pemanfaatannya baru 0,07% atau 153,5 Mega Watt Peak (MWp). Rincian potensi energi baru dan terbarukan, serta penggunaannya di Indonesia sebagai berikut:
- Panas matahari: Potensi 207,8 GW, baru terpakai 0,07% atau 153,5 MWp
- Tekanan air atau hidro: Potensi 94,6 GW, baru terpakai 6.121 MW atau 8,16%
- Bioenergi: Potensi 67,8 GW, baru terpakai 5,8% atau 1.905,3 MW
- Bayu atau angin: Potensi 60,6 GW, baru terpakai 0,25% atau 154,3 MW
- Panas bumi: Potensi 23,9 GW, baru terpakai 2.130,7 MW atau 8,9%
- Gelombang laut: Potensi 17,9 GW, belum terpakai sama sekali.
"Indonesia punya energi baru dan terbarukan itu 437,4 GW. Potensinya dari geothermal, angin, laut, macam-macam. Ini besar sekali angkanya," ujar Luhut saat memberikan kuliah umum di Universitas Hasanuddin, Jumat (18/8).