Kementerian ESDM menilai langkah penaikan target penurunan emisi karbon dalam Nationally Determined Contribution (NDC) berpotensi mengubah peta jalan transisi energi Indonesia menuju netral karbon atau Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Adapun target penurunan emisi yang diajukan dalam Enhanced NDC menjadi dari sebelumnya 29% menjadi 31,8% pada 2030 dengan upaya sendiri, dan menjadi 43,2% dari sebelumnya 41% dengan bantuan internasional.
Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan (EBT), Andriah Feby Misna, mengatakan Kementerian ESDM dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah dalam tahap diskusi untuk meningkatkan target penurunan emisi dalam NDC.
Dua kementerian tersebut juga meningkatkan target penurunan emisi gas rumah kaca di sektor energi pada 2030 dengan upaya sendiri sebesar 358 ton CO2 dari sebelumnya 314 ton CO2. Sementara target penurunan emisi gas rumah kaca dengan bantuan internasional tetap di angka 446 ton CO2.
"Memang dari target 29% kemudian naik menjadi 31,8% itu pasti akan terdampak kepada peta jalan yang sedang kita siapkan. Terus terang peta jalan transisi energi kita masih terus gerak dinamis," kata Feby dalam Media Briefing 'Mempersiapkan Transisi Energi Indonesia dan Antisipasi Implikasinya' pada Kamis (6/10).
Keputusan untuk mengubah target pengurangan emisi juga berdampak pada perencanaan atau pemodelan awal. Feby mengatakan, penaikan target ini harus sejalan dengan penggunaan teknologi yang lebih bisa mengakomodir penurunan emisi gas rumah kaca pada 2030.
Pada peta jalan transisi energi menuju karbon netral 2021 sampai 2030, target penurunan emisi berada di kisaran 314 juta ton CO2. Dari sisi penyediaan energi, pemerintah mengatur tambahan pembangkit setelah 2030 hanya boleh dari sumber EBT.
Selain itu, menargetkan penyediaan kompor induksi untuk 18,1 juta RT, 2 juta mobil listrik dan 13 juta sepeda motor listrik yang mengaspal di jalanan.
Selanjutnya, sektor rumah tangga juga menjadi sasaran dengan instalasi 10,2 juta sambungan rumah (SR) dan pemanfaatan biofuel di sektor industri dan transportasi menjadi 40%.
"Implementasi menuju NZE memang akan ada pergeseran. Nanti pasti roadmapnya akan terjadi adaptasi lagi, saat ini kami sedang lakukan upaya-upaya perhitungan kembali," ujar Feby.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia kian ambisius mematok target pengurangan emisi menjelang perhelatan COP ke-27 di Mesir, November mendatang. Ini terlihat dari dokumen Enhanced National Determined Contribution (NDC) yang diserahkan Kementerian LHK kepada Sekretariat UNFCCC pada Jumat (23/9).
Dalam dokumen tersebut, Indonesia meningkatkan target pengurangan emisi dari sebelumnya 29% dengan usaha sendiri menjadi 31,89%, dan dengan internasional menjadi 43,2% dari sebelumnya 41%.
Adapun komitmen ini akan dikejar melalui serangkaian inovasi di sektor lahan, pengelolaan hutan, dan energi. Seperti penggunaan lahan dan tata ruang yang efektif, program perhutanan sosial, pemulihan ekosistem, dan peningkatan produktivitas pertanian.
Selain itu, Indonesia juga akan mengejar konservasi energi, mempromosikan EBT, dan mengelola limbah secara lebih baik.