Pemerintah Sasar Ojol Sebagai Penerima Subsidi Konversi Motor Listrik

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Pengemudi ojek daring mengganti baterai sepeda motor listriknya di stasiun pengisian baterai listrik di Kuningan, Jakarta, Senin (30/5/2022).
9/12/2022, 17.36 WIB

Pemerintah berencana memberikan subsidi untuk mendorong program konversi motor berbahan bakar minyak (BBM) menjadi motor listrik. Langkah ini bertujuan mengurangi impor BBM sekaligus meningkatkan serapan listrik nasional.

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyampaikan bahwa pemerintah akan menyasar para pengemudi ojek online (ojol) sebagai target sasaran subsidi untuk konversi motor listrik. "Itu ojol penting, akan kami prioritaskan," kata Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM pada Jumat (9/12).

Arifin menambahkan, kebijakan pemberian subsidi untuk akselerasi pengadaan kendaraan listrik masih dibahas dan diharap bisa tuntas sebelum akhir tahun. "Pemberian subsidi ini harus menyentuh ke masyarakat yang memang membutuhkan. Mudah-mudahan sebelum 2023," ujarnya.

Lebih lanjut, kata Arifin, dia bakal memprioritaskan dana subsidi kendaraan listrik untuk program konversi motor konvensional yang berusia 10 tahun ke atas menjadi motor listrik.

Menurutnya, hal tersebut bisa memancing minat para pemilik motor konvensional untuk beralih kepada penggunaan motor listrik tanpa harus membeli motor listrik baru yang harganya masih relatif tinggi.

Arifin optimistis bahwa kebijakan penyaluran subsidi pada konversi motor berbahan bakar minyak menjadi motor listrik bisa menurunkan beban yang harus ditanggung para pemilik kendaraan.

Alasannya, biaya konversi motor masih berada di kisaran Rp 15 juta per unit atau setara harga motor bebek baru. Adapun biaya konversi tertinggi terletak pada pemasangan baterai yang mencapai Rp 7,5 juta.

Pemberian subsidi untuk konversi motor konvesional menuju motor listrik diyakini bisa mempercepat penggunaan motor listrik di Indonesia.

Dari hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian ESDM, Arifin mengatakan masyarakat tak keberatan jika harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 5-6 juta untuk mengubah motor mereka menjadi motor listrik.

Target kendaraan listrik dalam dokumen Grand Strategi Energi Nasional dan Rancangan Net Zero Emission adalah sekitar 2 juta kendaraan listrik roda empat dan 13 juta kendaraan listrik roda dua pada tahun 2030.

Apabila target kendaraan listrik tersebut tercapai, menurut Arifin, akan memberikan potensi pengurangan konsumsi BBM sebesar 6 juta kilo liter (KL) per tahun dan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 7,23 juta ton CO2e.

"Selain kurangi emisi, program ini juga bisa mengurangi devisa dan impor fosil. Nah kemudian juga bisa mengurangi terjadinya krisis-krisis seperti kemarin agar tidak terlalu besar dampaknya. Kalau ini terlaksana secara konsisten," ujar Arifin.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu