World Economic Forum (WEF) membentuk komunitas baru untuk mendorong transisi energi berkeadilan di ASEAN. Komunitas ini dipimpin oleh CEO Siam Cement Group (SCG) Roongrote Rangsiyopash sebagai chairman, dan CEO Petronas Muhammad Taufik sebagai wakil co-chairman.
Pertemuan WEF 2023 di Davos, Swiss, menjadi pertemuan perdana para pemimpin ASEAN untuk transisi energi yang berkeadilan. Komunitas ini bertujuan mempertemukan berbagai perusahaan multisektoral di Asia Tenggara untuk mendorong transisi energi yang adil di kawasan.
“Komunitas ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama pemerintah-swasta intra kawasan dan internasional, serta mendorong berbagai aksi yang diperlukan untuk mempercepat transisi energi yang adil dan inklusif,” kata Roongrote Rangsiyopash, dalam siaran pers, Selasa (7/2).
Asia Tenggara saat ini memiliki populasi sebesar 680 juta penduduk dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Tren terkini menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar fosil meningkat dengan cepat dan energi terbarukan meningkat lebih dari dua kali lipat.
Meskipun banyak negara telah berkomitmen meningkatkan kebijakan energi dan iklim untuk mencapai netralitas karbon dan mengurangi ketergantungan penggunaan batu bara, akan tetapi pandemi Covid-19 dan krisis energi global masih mengancam laju transisi energi.
“Melalui konsensus global menuju nol karbon pada tahun 2050, setiap negara harus menemukan solusi transisi energinya. Selain tindakan yang cepat, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah-swasta, baik secara regional maupun internasional akan sangat penting untuk menjamin masa depan energi yang makmur dan adil bagi ASEAN,” ujar Rangsiyopash.
Sementara Muhammad Taufik mengatakan bahwa Petronas, sebagai penyedia energi, optimistis bahwa transisi energi akan menawarkan peluang yang sangat besar, meskipun di saat yang sama akan menghadapi tantangan yang besar.
Dia menyebut komunitas transisi energi berkeadilan ASEAN berkomitmen untuk menyatukan para pemangku kepentingan dari sektor publik dan swasta untuk bertindak secara terkoordinasi dan efisien dalam menciptakan solusi transisi energi yang adil dan bertanggung jawab.
“Kita semua merupakan instrumen yang sama dalam berkolaborasi melayani kebutuhan energi untuk kesejahteraan setiap negara dan kawasan,” ujarnya.
ASEAN Leaders for Just Energy Transition akan memanfaatkan forum kerja sama global untuk membentuk dan mendorong pelaksanaan berbagai inisiatif global yang relevan di Asia Tenggara.
Forum ini juga bermanfaat sebagai wadah berbagi wawasan dan perspektif mengenai transisi energi di Asia Tenggara, serta terlibat dalam dialog lintas industri dan wilayah bersama berbagai tokoh publik, pemangku kebijakan, asosiasi industri, dan pelaku industri terkait lainnya.
Langkah ini bertujuan untuk mendorong percepatan transisi energi yang adil di negara-negara ASEAN. Dalam laporan WEF 2021, Singapura adalah negara paling terdepan di Asia Tenggara yang melakukan transisi energi dari sumber fosil ke yang dapat terbarukan.
Singapura memiliki indeks transisi energi hingga 67 poin, sehingga menempatkannya di posisi pertama Asia Tenggara atau 21 dari 115 negara dunia. Malaysia dan Thailand menyusul dengan 64 dan 60 poin. ETI Singapura, Malaysia, dan Thailand berada di atas rata-rata global yang sebesar 59,3 poin.
Sementara itu, Vietnam dan Filipina mengantongi skor yang sama, yakni 57 poin. Indonesia berada di bawahnya dengan 56 poin, menempatkannya di urutan enam di Asia Tenggara atau 71 global.
Adapun ETI terbentuk atas tiga elemen performa sistem, yakni keamanan dan akses terhadap pasokan energi, keberlanjutan lingkungan, serta pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.
Selain itu, sejumlah kesiapan transisi juga menjadi indikator, seperti modal dan investasi, struktur sistem energi, serta komitmen dan regulasi. ETI yang menjangkau 115 negara tersebut digambarkan dengan skor berskala 0-100 poin.