Mengenal Bioetanol yang akan Mulai Dicampurkan dengan Bensin Tahun ini

ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/wsj.
Seorang petugas menunjukkan harga BBM jenis Pertalite yang sudah naik menjadi Rp10 ribu per liter di SPBU Maya jalur Pantura, Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (3/9/2022).
Penulis: Happy Fajrian
21/2/2023, 13.37 WIB

Pemerintah akan mulai mencampur bensin dengan bioetanol pada pertengahan tahun ini. Uji coba dilakukan di Surabaya, Jawa Timur. Bersamaan dengan implementasi biodiesel, pencampuran bioetanol dengan bensin diharapkan bisa menekan impor BBM dan menurunkan emisi karbon.

Bioetanol adalah bahan bakar nabati (BBN) atau biofuels hasil fermentasi bahan bahan nabati seperti tetes tebu, jagung, kedelai, umbi-umbian dan sumber-sumber nabati lainnya. Bioetanol termasuk bahan bakar terbarukan yang telah teroksigenasi 35%, sehingga memiliki potensi untuk menekan emisi kendaraan.

Mengutip buku Biomass, Biopolymer-Based Materials and Bioenergy: Construction, Biomedical and Other Industrial Applications, bioetanol dapat digunakan secara langsung untuk bahan bakar kendaraan seperti layaknya BBM tanpa perlu adanya modifikasi pada mesin.

Selain itu bioetanol juga memiliki angka oktan yang tinggi yang memungkinkan rasio kompresi mesin yang lebih tinggi yang meningkatkan efisiensi dan performa mesin.

Namun jika dibandingkan dengan BBM, biofuel seperti bioetanol memiliki angka kepadatan energi yang rendah atau low energy density, artinya dibutuhkan volume per kilometer yang lebih besar, hingga mencapai 50% jika dibandingkan dengan bensin biasa.

Misalnya, satu liter bensin dapat menempuh jarak hingga 15 kilometer (km). Namun jika menggunakan bietanol, dibutuhkan hingga 1,5 liter untuk menempuh jarak yang sama.

Untuk mengubah mesin kendaraan BBM konvensional menjadi mesin bioetanol murni pun tidak sulit, karena hanya perlu penyesuaian timing (dan sistem kontrol elektronik kalau ada) mesin dan tangki bahan bakar yang lebih besar karena kandungan energi biotenol yang rendah.

Bioetanol disebut juga memiliki kelemahan karena dapat menyebabkan korosi pada bagian mesin tertentu sehingga memerlukan penggantian secara berkala secara terus menerus. Kemudian pada kondisi murni atau E100, bioetanol sulit menguap pada temperatur rendah, mempersulit pembakaran.

Alhasil kendaraan bermesin E100 atau bioetanol murni akan sulit dinyalakan pada musim dingin. Oleh karena itu biasanya bioetanol dicampur dengan sedikit bensin untuk meningkatkan pengapian (ignition), sehingga E85 menjadi alternatif yang lebih umum.

Adapun saat ini bioetanol dengan kandungan hingga 10% atau E10 sudah bisa digunakan pada kendaraan bermesin bensin pada umumnya tanpa perlu dimodifikasi, bahkan dapat meningkatkan performa atau kinerjanya.