Konsorsium Pertamina dan Chevron Ambil Proyek Panas Bumi Way Ratai

PLN
Ilustrasi wilayah kerja panas bumi. Pertamina Geothermal Energy dan Chevron membentuk konsorsium untuk mengelola WKP Way Ratai di Lampung.
11/5/2023, 21.41 WIB

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) membentuk perusahaan patungan atau joint venture (JV) bersama Chevron untuk ikut dalam tender wilayah kerja panas bumi (WKP) Way Ratai di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Dalam prosesi lelang tersebut, konsorsium tersebut bersaing dengan PT ORMAT Geothermal Indonesia. 

Sekretaris Perusahaan Pertamina Geothermal Energy, Muhammad Baron, membenarkan adanya konsorsium PGE dan Chevron dalam proses lelang WKP Way Ratai. "Benar, dalam lelang dimaksud PGE melakukan konsorsium dengan Chevron," kata Baron lewat pesan singkat, Kamis (11/5). 

Baron menyampaikan, PGE optimistis bisa memeroleh hak pengelolaan panas bumi di WKP Way Ratai. Kendati demikian, Baron enggan menyebutkan proyeksi besaran alokasi dana yang disiapkan perusahaan untuk pengelolaan lapangan panas bumi Way Ratai. "Kami belum bisa sampaikan hal tersebut saat proses pelelangan masih berjalan," ujar Baron. 

Direktur Utama PT ORMAT Geothermal Indonesia, Dion Murdiono, mengatakan perusahaannya tengah bersaing dengan konsorsium Pertamina-Chevron untuk mendapatkan hak pengelolaan WKP Way Ratai. "Kami tinggal head to head dengan Pertamina joint venture dengan Chevron. Raksasa itu melawan ORMAT sendirian," kata Dion di Hotel Mandarin Oriental Jakarta, Kamis (11/5). 

WKP Way Ratai berdiri di lahan seluas 70.710 hektare dengan perkiraan temperatur reservoir 203 - 247 derajat celsius. Adapun potensi listrik panas bumi yang bisa dihasilkan mencapai 55 megawatt (MW) dari cadangan mungkin 100 MW.

Dion mengaku tetap optimistis meski berhadapan dengan duet perusahaan energi kelas kakap macam Pertamina dan Chevron. "Kami coba saja mudah-mudahan menang, tanggal 19 Mei baru kami buka, sampul terakhir untuk penentuan lelang," ujar Dion.

PGE Kandidat Tunggal Pengelola WKP Nage

Pertamina Geothermal Energy  juga selangkah lagi bakal menjadi pengelola wilayah kerja panas bumi (WKP) Nage di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Langkah itu kian dekat seiring status perseroan yang menjadi satu-satunya pihak yang mengajukan dokumen penawaran lelang sejak dibuka pada pekan terakhir Desember tahun lalu.

Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM, Harris Yahya, menyampaikan bahwa proses pendaftaran dan seleksi tahap pertama lelang WKP Nage sudah selesai. "Nage peminatnya hanya satu dan prosesnya tetap berjalan. Iya, itu PGE," kata Harris di Hoten Mandarin Oriental pada Kamis (11/5).

Harris mengatakan, proses lelang selanjutnya kini berada pada tahap dua, yakni pemeriksaan persyaratan teknis berupa besaran kapasitas daya listrik yang akan dikembangkan dan studi kelayakan.

Selain itu, juga ada perhitungan harga uap air hingga persiapan rencana pengembangan lapangan uap yang meliputi perhitungan sumur produksi, sumur injeksi dan sumur yang akan dikembangkan, serta rencana biaya. "Ini masuk ke tahap kedua," ujar Harris.

WKP Nage memiliki luas wilayah kerja panas bumi 10.410 hektare dengan cadangan terduga 46 MW dan perkiraan temperatur reservoir 278-2840 derajat celsius. Adapun rencana kapasitas pengembangan 20 MW.

Pertamina Geothermal Energy memperoleh pendanaan fantastis pada tahun ini setelah perusahaan penawaran perdana atau initial public offering (IPO) saham pada 20 Februari lalu. Dalam aksi korporasi tersebut, perusahaan memperoleh dana Rp 9,05 triliun setelah melepas 103 miliar saham baru di harga Rp 875. 

Sekitar 85% dana yang diperoleh dari IPO akan digunakan untuk pengembangan usaha perseroan sampai 2025 yang terdiri dari 55% digunakan untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) serta investasi pengembangan kapasitas tambahan dari wilayah kerja panas bumi atau WKP operasional perseroan saat ini.

Selanjutnya, sekitar 33% akan digunakan untuk belanja modal atau investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional perseroan saat ini yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi co-generation technology untuk mengantisipasi kebutuhan pasar baru.

Kemudian 12% digunakan oleh perseroan untuk belanja modal atau investasi pengembangan kemampuan digital, analitik, dan manajemen reservoir untuk mendukung production, operation and maintenance excellence.

Selanjutnya, 15% atau sebanyak-banyaknya sampai dengan US$ 100 juta yang diperoleh dari IPO akan digunakan perseroan untuk pembayaran sebagian kredit sindikasi.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu