Wood Mackenzie: Target Pembangkit Angin Global 80 GW Tak Realistis

123RF.com/Giuseppe Sparta
Pembangkit listrik tenaga angin di Dabancheng, Xinjiang, Tiongkok.
Penulis: Nadya Zahira
Editor: Yuliawati
18/8/2023, 13.33 WIB

Lembaga riset Wood Mackenzie menilai target negara-negara di dunia meningkatkan instalasi tenaga angin mencapai 80 gigawatt (GW) per tahun pada 2030, sulit tercapai. Penambahan kapasitas tahunan tersebut membutuhkan investasi mencapai US$ 100 milyar atau setara Rp 1,5 triliun pada 2026.

Perusahaan riset dan konsultan tersebut memperkirakan kapasitas tahunan kemungkinan besar akan meningkat sebesar 30 GW per tahun pada 2030. Kebutuhan investasi untuk membangun kapasitas tersebut sekitar US$ 27 miliar atau setara Rp 413 triliun pada 2026.

"Rantai pasokan sedang berjuang untuk meningkatkan kapasitas dan akan menjadi penghalang untuk mencapai target dekarbonisasi jika perubahan tidak terjadi," ujar Wakil Ketua Bidang Energi dan Energi Terbarukan di Wood Mackenzie, Chris Seiple, dikutip melalui Reuters, Jumat (18/8).

Menurut Seiple mengatakan target mengejar kapasitas 80 GW tidaklah realistis. Bahkan untuk mengejar tambahan kapasitas 30 GW juga sulit tercapai bila tidak ada investasi dalam rantai pasokan dalam waktu dekat.

Wood Mackenzie mencatat terdapat beberapa hambatan investasi membangun instalasi tenaga angin. Terutama disebabkan margin keuntungan yang rendah dan ketidakpastian tentang waktu pelaksanaan proyek.

Sedangkan berdasarkan laporan Statistical Review of World Energy pada Juni 2023, pangsa pasar tenaga angin dan surya global tumbuh mencapai rekor 12% dari pembangkit listrik tahun lalu. Porsi ini melewati tenaga listrik dari nuklir.

Seiple mengatakan penetapan target dan rencana infrastruktur pasar tenaga listrik untuk mendukung tenaga angin lepas pantai perlu diperpanjang hingga 2030. Tujuannya untuk meningkatkan rantai pasokan tenaga angin lepas pantai.

Energi angin diperkirakan bakal mencatat rekor pertumbuhan global dalam lima tahun ke depan. Dewan Energi Angin Global atau GWEC menyebut dampak pandemi Covid-19 hanya menunda beberapa proyek pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), tapi tidak membatalkannya. Banyak pembangunan akan mulai berjalan lagi tahun depan.

“Kapasitas baru yang akan terpasang mencapai 78 gigawatt,” kata laporan GWEC, Kamis (5/11/), dikutip dari Reuters.

Total kapasitas PLTB baru pada akhir 2024 bakal mencapai 348 gigawatt (GW). Dengan begitu, secara kumulatif energi angin akan menghasilkan seribu gigawatt listrik. Lebih dari 50% pembangkit listrik tenaga angin itu berada di darat alias onshore.

GWEC mencatat biaya energi angin telah menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir. Penurunannya seiring kebijakan banyak negara untuk menekan emisi karbon. Investasi untuk melakukan transisi energi fosil ke energi terbarukan pun meningkat.

Reporter: Nadya Zahira