PT Pertamina Geothermal Energy Tbk atau PGEO bersiap ekspansi ke beberapa negara seperti Afrika, Eropa, maupun Asia. Direktur Utama PGEO Julfi Hadi mengatakan ekspansi pasar internasional ini untuk mengejar ambisi perusahaan sebagai world class green energy company.
Ekspansi ke luar negeri tersebut akan menambah rencana pengembangan bisnis perusahaan. Namun, perusahaan masih akan tetap berfokus dalam memaksimalkan potensi panas bumi di dalam negeri.
“Kami akan tetap memenuhi komitmen kami menjadi 1 GW company dalam dua tahun mendatang,” ujar Julfi Hadi dalam siaran pers, Jumat (18/8).
Sebagai tahap awal, PGEO bakal menjajaki pengembangan bisnis dengan Kenya. Alasan menjajaki bisnis dengan Kenya, karena negara yang berada di bagian timur Afrika itu memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil.
“Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan keamanan yang terus membaik tentunya menjadi peluang bisnis positif bagi Pertamina Geothermal Energy dalam melakukan ekspansi bisnis secara global," kata dia.
Julfi menjelaskan Kenya merupakan yang terdepan di Afrika dalam pengembangan panas bumi dengan kapasitas terpasang sebesar 865 Megawatt (MW) dan berada di posisi ke-7 dalam peringkat global.
Pada 2030, Kenya menargetkan memiliki 5.530 MW total kapasitas terpasang. Saat ini Kenya memiliki total potensi panas bumi sebesar 7 GW.
Dengan target sebesar itu, maka Kenya berambisi untuk menjadikan panas bumi sebagai sumber energi bersih terbesar di negara mereka pada tahun 2030.
Selain itu, pemerintah Kenya juga memiliki kebijakan untuk meningkatkan jumlah tenaga panas bumi secara signifikan karena bersifat alami, mampu memenuhi beban listrik dasar (baseload), ramah lingkungan, dan hemat biaya.
Selain Kenya, beberapa negara yang kini tengah dibidik Pertamina Geothermal Energy untuk pengembangan bisnis dan kerja sama adalah Turki dan Jerman.
Menurut Renewables 2022 Global Status Report, panas bumi di Turki menyumbang 3% dari kebutuhan listrik nasional.
“Dengan semua potensi dan peluang di pasar global tersebut, kami berharap dapat menjadi tambahan kontribusi bagi devisa negara," ujar Julfi.
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2021-2030, Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 23.965 Megawatt (MW). Potensi terbesarnya ada di Pulau Sumatera, sebesar 9.679 MW.
Meski punya potensi terbesar, kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) terpasang di Sumatera saat ini baru sebesar 562 MW atau 5,8% dari total potensinya. Artinya, masih ada sekitar 94% potensi yang belum digarap.
Pulau Jawa memiliki potensi terbesar kedua, yakni 8.107 MW. PLTP yang terpasang baru berkapasitas 1.254 MW atau 15,5% dari potensinya.