Pertamina NRE Kaji Investasi Pembangkit Listrik EBT di Afrika Selatan

ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/rwa.
Petugas merawat panel surya di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pulau Parang, Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Sabtu (12/3/2022).
Penulis: Nadya Zahira
31/8/2023, 07.59 WIB

Pertamina New Renewable Energy (NRE) menyatakan minatnya untuk berinvestasi dalam penyediaan tenaga listrik berbasis gas maupun energi baru terbarukan (EBT) di Afrika. Hal tersebut disampaikan oleh CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro dalam kunjungannya ke Afrika Selatan pada Jumat (25/8) lalu.

Pertamina menjadi salah satu BUMN yang masuk di dalam rangkaian kunjungan Presiden Joko Widodo ke Afrika, antara lain ke Kenya, Tanzania, Mozambik, dan Afrika Selatan, pada 20 Agustus 2023.

Dalam kunjungan tersebut, terdapat beberapa potensi bisnis yang ditangkap oleh Pertamina NRE sebagai anak usaha Pertamina yang fokus di energi bersih, antara lain pembangkitan listrik berbasis gas dan EBT.

“Kami berharap dapat melakukan kerja sama investasi dengan partner lokal. Di sisi hilir, Pertamina NRE memiliki potensi untuk bisa memanfaatkan gas alam yang diproduksi untuk pembangkit listrik,” ujar Dannif melalui keterangan resmi, Rabu (30/8).

Dannif menyampaikan, pihaknya telah mengidentifikasi bahwa saat ini di Afrika terdapat potensi permintaan listrik yang masih cukup tinggi. Begitu juga untuk energi terbarukan terutama energi surya. Bahkan, khusus untuk Afrika Selatan sudah memiliki regulasi yang cukup mendukung.

Dia mengatakan, ada beberapa negara di Afrika yang menjadi target Pertamina NRE. Khusus untuk Afrika Selatan potensi tenaga surya mencapai 100 megawatt (MW).

Sebelumnya, Pertamina telah menandatangani nota kesepahaman dengan GUMA, perusahaan lokal yang fokus di investasi dan peningkatan infrastruktur di Afrika, untuk wilayah kerja sama Kenya, Afrika Selatan dan Republik Demokratik Kongo.

Komitmen tersebut terkait kerja sama pengembangan dan optimalisasi pipa gas, pengembangan pembangkit listrik tenaga gas, serta pengembangan fasilitas ekspor listrik ke Afrika Selatan yang akan melibatkan Pertamina NRE.

Vice President Pertamina Fadjar Djoko Santoso menuturkan, Pertamina membawa beberapa subholding untuk mendalami potensi kerja sama di Afrika. Untuk itu, dia berharap kerja sama tersebut bisa memperkuat ketahanan energi nasional, sekaligus mewujudkan peran perusahaan sebagai perusahaan energi global.

“Kami terbuka pada semua peluang kerja sama bisnis yang memiliki dampak positif bagi Pertamina dan bagi negara," tuturnya.

Fadjar menyampaikan, selain Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) serta Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Afrika juga memiliki sumber tenaga panas bumi yang berpotensi menjadi salah satu tujuan investasi Pertamina NRE.

Oleh sebab itu, Pada Selasa (22/8) anak usaha Pertamina NRE, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGE), menandatangani nota kesepahaman dengan Africa Geothermal International No 1 Limited (AGIL No 1) untuk pengembangan panas bumi pada konsesi Longonot di Kenya. AGIL merupakan Perusahaan di Kenya yang bergerak di bidang pengembangan panas bumi.

Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2021-2030, Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 23.965 Megawatt (MW). Potensi terbesarnya ada di Pulau Sumatera, sebesar 9.679 MW.

Meski punya potensi terbesar, kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) terpasang di Sumatera saat ini baru sebesar 562 MW atau 5,8% dari total potensinya. Artinya, masih ada sekitar 94% potensi yang belum digarap.

Pulau Jawa memiliki potensi terbesar kedua, yakni 8.107 MW. PLTP yang terpasang baru berkapasitas 1.254 MW atau 15,5% dari potensinya.

Reporter: Nadya Zahira