Dorong Akses Energi Daerah Terpencil, Pemprov Kaltim Kembangkan Biogas

ANTARA FOTO/Adwit B Pramono/wsj.
Seorang pria memeriksa reaktor biogas di salah satu peternakan di Desa Tumaluntung, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Senin (4/7/2022).
Penulis: Nadya Zahira
6/9/2023, 06.44 WIB

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tengah mendorong akses energi bagi masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil. Upaya peningkatan akses energi tersebut dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya energi baru terbarukan, serta mendorong substitusi energi melalui biogas.

Analis Kebijakan Ahli Muda Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kaltim Sonny Widyagara Nadar mengatakan, pemanfaatan biogas di Kalimantan Timur saat memang terus didorong guna mendorong target Net Zero Emission (NZE) atau bebas emisi pada 2060 dan target bauran energi terbarukan 23% pada 2025.

Sonny berharap, adanya penerapan biogas bisa mensubstitusi penggunaan Liquified Petroleum Gas (LPG) untuk kelompok masyarakat rumah tangga khususnya mereka yang kesulitan dalam akses energi. Adapun pemanfaatan biogas sudah dimulai sejak tahun 2013.

Dia mengatakan, untuk melancarkan penggunaan biogas tersebut pihaknya melakukan pendataan jumlah ternak pada sejumlah wilayah kabupaten di Kalimantan Timur. Pasalnya, biogas berasal dari pemanfaatan limbah kotoran ternak.

"Jadi penerapan biogas itu didasarkan pada data potensi yang ada. Kami jadikan dasar survei lapangan, ataupun kalau ada permintaan kelompok tani atau ternak yang meminta kami membangun instalasi biogas sesuai kebutuhan," ujar Sonny dalam acara Workshop Jelajah Energi Kaltim 2023, Selasa (5/9).

Di sisi lain, dia menyebutkan potensi ternak tertinggi berada di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) sebanyak 18.480 ekor ternak dan Kabupaten Kutai Barat (Kubar) sebanyak 7.151 ekor ternak.

Dia mengatakan, pihaknya juga telah membangun fasilitas biogas pada sejumlah kabupaten meskipun potensi ternaknya tidak tergolong tinggi, “Totalnya pembangunan biogas telah dilakukan yakni sebanyak 484 unit,” ujarnya.

Sedangkan untuk pembangunan masif terjadi pada tahun 2016 dengan total mencapai 173 unit. Kemudian untuk tahun ini pembangunan biogas hanya ditargetkan sebanyak 28 unit.

Namun demikian, Sonny menuturkan masih terdapat sejumlah tantangan dalam penggunaan biogas. Adapun tantangan tersebut meliputi pembangunan fasilitas biogas secara komunal atau berbasis komunitas, memperpanjang usia pakai biogas, serta mendorong keekonomian masyarakat yang menggunakan biogas.

“Kami kedepannya menargetkan pembangunan biogas dapat lebih menyasar lokasi-lokasi yang kesulitan akses untuk LPG,” ujarnya

Selain itu, Sonny menuturkan, bahwa selama ini usia pakai unit biogas hanya bisa mencapai dua sampai tiga tahun saja. Untuk itu, pihaknya tengah berupaya untuk melakukan peningkatan kesadaran dan pemahaman kepada masyarakat mengenai tata cara perawatan unit biogas.

Potensi Besar Biogas Indonesia

Koordinator Investasi dan Kerjasama Bioenergi, Trois Dilisusendi, mengatakan pemanfaatan biogas mampu melonggarkan beban anggaran negara akibat subsidi dan impor elpiji yang mencapai 6,7 juta ton atau 77% dari kebutuhan elpiji domestik.

"Pengolahan biogas dari Pome itu potensinya sangat masif," kata Trois dalam diskusi daring bertajuk Peluang Usaha Biometana beberapa waktu lalu, Kamis (13/4).

Indonesia memiliki sumber daya Pome yang melimpah. Terlihat dari populasi industri kelapa sawit yang mencapai 889 perusahaan, dengan mayoritas berada di wilayah Sumatera.

Sebagian besar perusahaan sawit terletak di Provinsi Riau seperti di Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Siak, hingga Kotawaringin Timur. "Potensi teknisnya bisa menghasilkan listrik mencapai 7.040 mega watt," ujar Trois.

Selain dari POME, Trois memaparkan ada potensi pengolahan biogas dari limbah tapioka sebesar 266 juta metrik kubik per tahun dengan sumber daya tanaman tapioka 10.588 ton per hari.

Kemudian ada potensi biogas 4,5 miliar metrik kubik per tahun dari olahan 425 juta ton limbah pupuk dan 2,7 miliar metrik kubik dari olahan 66,7 juta ton sampah kota secara tahunan.

Reporter: Nadya Zahira