Indonesia memiliki potensi energi tidal yang sangat besar. Meski demikian hingga saat ini pemanfaatan energi bersih ini masih nol seiring dengan kendala teknologi yang belum dikembangkan.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan pemanfaatan energi laut yang terdiri dari tidal, gelombang (wave), arus (current), dan thermal di seluruh dunia masih minim, kapasitasnya setidaknya baru sekitar 500 megawatt (MW).
Salah satu negara yang paling banyak memanfaatkan energi laut dalam bentuk tidal energy saat ini adalah Inggris. Untuk pemanfaatan energi laut harus dilihat terlebih dulu seberapa besar potensi yang ada di Indonesia.
"Saya kira yang potensi adalah energi arus (current) saat ini. Untuk tidal, persyaratan minimal perbedaan tinggi pasang dan surut air di wilayah pesisir minimal 5 meter baru bisa menghasilkan energi yang cukup dari 3 jenis teknologi yang ada sekarang," katanya kepada Katadata.co.id, dikutip Selasa (13/9).
Untuk Indonesia, Fabby menyarankan supaya pemerintah lebih banyak melakukan pengukuran dan pemetaan potensi dan melakukan pilot project, terutama untuk uji teknologi dan melihat kinerjanya. "Masih perlu minimal 5 tahun lagi baru teknologi ini matang dan bisa diterapkan secara komersial di Indonesia," katanya.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana sebelumnya mengatakan bahwa potensi EBT di Indonesia cukup beragam. Salah satunya yakni energi laut. Namun pengembangan jenis energi laut ini masih terkendala pada teknologi.
"Ini juga menjadi salah satu potensi, yang memang sekarang capaiannya masih nol. Kita belum ada implementasi dari sisi laut karena teknologinya masih proses pengembangan," ujarnya.
Potensi Besar Energi Tidal Indonesia
Profesor oseanografi dari Universitas Maryland Amerika Serikat (AS) Dwi Susanto menilai Indonesia sangat cocok untuk menerapkan pembangkit listrik tenaga tidal karena memiliki arus laut yang sangat kuat. Energi tidal bersumber dari pasang surut dan arus laut.
“Sebetulnya kita ini sangat cocok sekali karena kita ada arus lintas Indonesia dan yang kedua kita ada pasang surut. Terutama di selat-selat sempit kita itu arusnya akan kuat sekali dan itu sangat cocok untuk dibangun pembangkit listrik,” ujar Dwi kepada Katadata.co.id.
Dwi mengatakan, energi tidal sudah digunakan di Eropa Timur, Amerika Utara, Inggris hingga Korea Selatan. Untuk itu, dia berharap Indonesia bisa segera mengimplementasikan energi tersebut karena dinilai sangat bersih dan ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca dan limbah berbahaya.
“Tenaga pasang surut air laut ini juga sangat konsisten ya sehingga dapat diprediksi dengan akurat dan dapat diandalkan sebagai sumber energi yang stabil,” kata dia.
Dwi mengatakan pemasangan energi tersebut di Indonesia baru sekadar rencana yang sudah dibicarakan, namun implementasinya belum juga dilakukan hingga saat ini. Padahal, menurutnya Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar untuk menerapkan energi tidal.
Dia menilai adanya penerapan energi tidal bisa sangat membantu Indonesia untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. Pasalnya, energi tersebut bisa menyuplai kebutuhan listrik dengan jumlah yang besar. Dengan begitu, penggunaan pemangkit listrik tenaga uap (PLTU) bisa dikurangi bertahap.
“Padahal arus laut kita jauh lebih tinggi, lebih keras dari pada yang di Korea itu, kalau Korea harus ada bendungan untuk mengalirkan. Kalau arus kita sudah jelas kok sudah tinggal memetiknya aja,” kata dia.
Dwi mengatakan, penerapan energi tidal juga bisa membantu masyarakat terpencil khususnya yang berada di wilayah lautan, karena mereka yang sebelumnya tidak memiliki listrik bisa dengan mudah mendapatkan listrik tersebut.
Apalagi, para nelayan yang sebelumnya tidak bisa memanfaatkan alat pendingin ikan karena tidak tersedianya listrik. Dengan demikian, dia berharap pemerintah bisa segera menerapkan energi tidal tersebut.
“Contohnya pulau-pulau terpencil yang biasanya tidak ada listrik jadi punya listrik, dan yang tadinya mereka tidak punya kulkas untuk menyimpan ikan mereka bisa mempunyai kulkas. Jadi mereka bisa menangkap ikan lebih banyak,” ujarnya.
Menurut dia, dengan adanya penerapan energi itu bisa membuka lapangan pekerjaan baru dan Indonesia juga tidak tertinggal dengan negara-negara lain yang sudah lebih dulu menerapkannya. Ditambah, Tanah Air ini mempunyai peluang yang cukup besar dalam penerapan energi tersebut.
SAFE Forum 2023 akan menghadirkan lebih dari 40 pembicara yang akan mengisi 15 lebih sesi dengan berbagai macam topik. Mengangkat tema "Let's Take Action", #KatadataSAFE2023 menjadi platform untuk memfasilitasi tindakan kolaboratif dari berbagai pemangku kepentingan yang disatukan oleh misi menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih hijau. Informasi selengkapnya di sini.