IKN Pakai Hidrogen Hijau 2038, Pakar: Tantangannya Sulit Cari Investor

Zahwa Madjid/Katadata
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono meninjau pembangunan Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur, Jumat (28/7).
Penulis: Nadya Zahira
18/9/2023, 14.00 WIB

Pemerintah menargetkan Ibu Kota Nusantara (IKN) akan menggunakan hidrogen hijau sebagai salah satu sumber energinya pada 2038. Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, target tersebut bisa terealisasi karena penggunaannya hanya sebesar 20%.

“Kalau target hidrogen hijaunya hanya 20% saja, akan dengan mudah dicapai pada 2038. Asal sekarang pemerintah mulai mengembangkan energi hidrogen hijau itu,” ujar Fahmy saat dihubungi Katadata.co.id, Senin (18/9).

Dia mengatakan, target penggunaan hidrogen hijau sebesar 20% pada 2038 di IKN itu bahkan bisa terealisasi pada 2035. Lebih cepat dua tahun dari target yang telah ditentukan.

Namun, ada beberapa tantangan dalam penggunaan energi tersebut, salah satunya biaya operasional yang mahal dan sulitnya mencari investor dalam pengembangan energi tersebut. “Tantangannya yang agak berat seperti mencari investor dalam pengembangan hidrogen hijau,” ujarnya.

Menurut dia, investor kurang tertarik dengan pengembangan hidrogen hijau karena kurangnya permintaan dan risiko kebocoran karbon. Selain itu, biaya dalam operasionalnya juga cukup mahal, “Yang sulit itu mencari investornya, karena hanya sedikit yang tertarik,” kata dia.

Sementara itu, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebutkan, terdapat sejumlah tantangan lainnya dalam penggunaan hidrogen hijau, diantaranya bagaimana membuat hidrogen layak secara ekonomi, menarik secara finansial, dan bermanfaat untuk masyarakat.

Adapun dari segi pasokan (supply), hidrogen sendiri masuk sebagai salah satu strategi utama pemerintah dalam menjalankan peta jalan (roadmap) menuju netralitas karbon pada 2060.

Untuk itu, dia berharap, penerapan hidrogen hijau bisa menjadi salah satu kontributor transisi energi yang memiliki peran penting dalam dekarbonisasi sistem energi global. Meski begitu, Arifin juga optimis target tersebut bisa terealisasi karena pemerintah memang tengah mendorong penggunaan energi hidrogen hijau.

Sebelumnya, Profesor Riset Biodiesel dan Hidrogen BRIN, Eniya Listiani Dewi mengatakan implementasi hidrogen hijau memang sangat penting karena diyakini mampu menekan emisi karbon dari sektor industri.

Dia menyebut, pemerintah bahkan juga menargetkan penggunaan hidrogen hijau di IKN bisa mencapai hingga 80% pada 2045. “Memang kedua rencana ini sudah didefinisikan dan dibahas oleh Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional),” ujar Eniya dalam acara PLN Nusantara Power, Jakarta, Selasa (12/9).

Eniya optimis, kedepannya hidrogen hijau akan terus berkembang guna mendorong adanya transisi energi. Dia menyebutkan, hidrogen hijau akan memainkan peran penting dalam dekarbonisasi sektor transportasi yang akan dimulai pada 2031, dan sektor industri pada 2041.

“Jadi memang hidrogen hijau ini harus terus dikembangkan jika kita mempunyai niat kuat untuk mencapai net zero emission pada 2060,” kata dia

Institute for Essential Services Reform (IESR) mencatat bahwa diperlukan pendanaan investasi sebesar US$ 800 juta atau Rp 12,46 triliun untuk mengejar target kapasitas produksi hidrogen hijau sebesar 328 megawatt (MW) pada awal 2030.

Reporter: Nadya Zahira