Indonesia sepakat untuk berpartisipasi dalam program ASEAN Power Grid (APG) untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060. APG merupakan inisiatif untuk membentuk jaringan terintegrasi di antara negara-negara anggota ASEAN dengan memfasilitasi implementasi kebijakan peningkatan kapasitas terpasang energi terbarukan di seluruh negara anggota.
Sejalan dengan hal tersebut, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan Indonesia sudah sepakat untuk ikut berpartisipasi dalam program ASEAN Power Grid. Namun, dia belum bisa memerinci terkait proyek ini karena masih ada aspek teknis yang harus disusun.
“Kapasitas (listrik) nanti dibicarakan dari kesepakatan negara-negara, karena kita perlu cek juga. Kalau kita bicara listrik itu ada tegangannya, ada frekuensinya, itu yang perlu disesuaikan,” ujar Yudo saat ditemui di sela acara UOB Gateway to ASEAN Conference 2023, di Jakarta, Rabu (11/10).
Dia menjelaskan, tidak semua negara ASEAN bisa terintegrasi listrik dari Indonesia. Hanya beberapa negara yang bisa terkoneksi, salah satunya Singapura, “Tidak semua bisa terintegrasi karena hal ini tidak mudah. Tapi kita berharap semuanya sudah sepakat untuk jalani program ASEAN power grid,” ujarnya.
Yudo menjelaskan, sebelum Indonesia mengintegrasikan listriknya ke beberapa negara ASEAN, RI sudah menyiapkan transmisi listrik untuk dalam negeri yang menghubungkan Jawa dan Sumatra. Namun, proyek transmisi Jawa-Sumatra itu belum terlaksana karena PLN masih mencari pendanaan yang paling kompetitif dan mendukung. Untuk itu, ia berharap bantuan dari dana JETP bisa membantu terlaksananya proyek tersebut.
Secara khusus, APG diharapkan mampu membantu implementasi kebijakan untuk mencapai bauran energi terbarukan nasional di negara anggota hingga 35% pada 2025. Kesepakatan kerja sama perdagangan listrik lintas batas negara tersebut ditandatangani pada acara ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) ke-41 dan ASEAN Energy Business Forum (AEBF) pada 25 Agustus 2023 lalu.
Terdapat 18 potensi interkoneksi listrik lintas batas yang diperkirakan memiliki kapasitas sebesar 33 GW pada tahun 2040, termasuk interkoneksi listrik di perbatasan Indonesia-Malaysia. Interkoneksi lintas batas Indonesia-Malaysia ini melibatkan pembangunan jalur transmisi 275 kilovolt yang menghubungkan Sarawak di Malaysia dengan Kalimantan Barat di Indonesia.
Proyek Nusantara Grid Dimulai pada 2025
Dalam rangka mendukung APG, Indonesia akan memulai proyek Nusantara Grid pada 2025. Proyek ini akan menghubungkan jaringan tenaga listrik di antara pulau-pulau di Indonesia dengan mengoptimalkan energi terbarukan yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Panjang jaringan ini terdiri atas 47.723 km transmisi dan 446.908 km untuk distribusi tenaga listrik.
Jaringan nasional ini memungkinkan peningkatan kapasitas terpasang energi terbarukan untuk Indonesia. Selain itu, Indonesia akan menginisiasi pengembangan interkoneksi jaringan tenaga listrik dengan beberapa negara anggota ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Filipina (BIMP).
Sedangkan negara anggota ASEAN lainnya, seperti Malaysia juga telah menyelesaikan perjanjian yang disebut Energy Purchase and Wheeling Agreement (EPWA) dengan Laos dan Thailand. Melalui perjanjian ini, Malaysia dapat mengambil maksimal 100 MW tenaga listrik dari pembangkit listrik tenaga air di Laos dan memanfaatkan jaringan transmisi yang ada di Thailand.
Upaya ini memungkinkan Malaysia untuk ikut berkontribusi dalam meningkatkan proporsi energi terbarukan dalam bauran energi keseluruhan negara. Lebih lanjut, jaringan listrik ini juga disuplai ke Singapura, sehingga proyek ini melibatkan Laos, Thailand, Malaysia, dan Singapura (LTMS).
Namun, untuk membangun jaringan energi listrik terbarukan yang terhubung di wilayah, ASEAN memerlukan dana lebih dari US$200 miliar hingga 2050. Biaya tersebut hanya untuk transmisi. Sementara itu, pemasangan jalur tegangan tinggi di bawah laut cukup mahal.
Just Energy Transition Partnership (JETP) telah sepakat dalam berkomitmen dan memberikan donor untuk mendukung APG melalui ASEAN Center for Energy. Kerja sama ini memastikan iklim investasi yang menarik, seperti tingkat pengembalian modal yang diperlukan masing-masing negara anggota ASEAN.