Perusahaan tambang PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel akan membangun Pembangkit Listrik tenaga Surya atau PLTS dengan kapasitas 300 Megawatt peak (MWp) mulai 2024. Pembangunan tersebut diperkirakan menghabiskan dana jumbo.

Direktur Health, Security, adn Environment PT Trimegah Bangun Persada Tbk, Tonny H Gultom, mengakui perusahaannya menargetkan untuk mengurangi emisi karbon dengan menggunakan energi bersih. Dia mengakui, saat ini pencapaian target tersebut belum banyak diimplementasikan.

"Kalau solar panel yang kita operasikan baru 145 KWp, kemudian penggunaan Biosolar B35. Kami juga menggunakan minyak goreng bekas untuk energi. Upaya tersebut dapat menghindari 203 ribu ton CO2," ujarnya saat webinar "Climate Change Mitigation: Collaborative Strategis for a Greener Energy" yang diselenggarakan Dunia Energi secara daring, Selasa (17/10).

Untuk menambah bauran energi terbarukan, Tonny mengatakan, Harita Nickel akan membangun panel surya atau PLTS dengan kapasitas 300 MWp. Saat ini, kajian studi pembangunan PLTS tersebut sudah selesai dilakukan.

Anggaran PLTS

Tonny mengakui biaya pembangunan PLTS cukup besar. Dia memperkirakan biaya pasar untuk pembangunan PLTS mencapai US$ 1 juta-1,5 juta per 1 MW. 

Dengan demikian, biaya pembangunan PLTS 300 MW bisa berkisar antara US$ 300 juta-450 juta atau Rp 4,5 triliun-Rp 6,75 triliun. 

"Jadi memang investasinya besar, sementara yang dihasilkan belum signifikan. Tapi itu upaya kita mengurangi efek rumah kaca," ujarnya.

Ketika ditanya mengenai pembiayaan, Tonny mengaku sebagian akan berasal dari kas perusahaannya. Namun demikian, dia mengatakan, saat ini sudah banyak perbankan yang sangat tertarik membiayai proyek energi terbarukan.

Selanjutnya sumber listrik PLTS tersebut akan digunakan untuk mengoperasikan pabrik. "Dipakai di fasilitas kami dan juga pabrik kami," ujarnya.

Sebelumnya, Tonny mengatakan, Harita Nickel saat ini tengah mengeksplorasi cara tambahan agar perseroan dapat meningkatkan penggunaan tenaga surya dan sumber energi terbarukan lainnya untuk memfasilitasi rencana transisi energi jangka panjang perseroan.

Dalam jangka panjang, perseroan berdedikasi untuk mempromosikan operasi rendah karbon dan ramah lingkungan di kawasan industri di Pulau Obi. Perseroan pun bercita-cita untuk mendukung entitas asosiasi perseroan yakni PT Dharma Cipta Mulia (DCM) dalam membangun kawasan industri yang berkelanjutan.

Lebih lanjut, untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan dalam operasi perseroan, Harita Nickel juga memanfaatkan energi surya untuk penerangan jalan di lokasi-lokasi proyek perseroan guna mengurangi emisi perseroan.

Menurut laporan Global Infrastructure Index 2023 dari Ipsos, sebagian besar masyarakat dunia menginginkan pembangunan infrastruktur energi surya.

Dari sekitar 22 ribu responden lintas negara yang disurvei, mayoritas atau 42% responden menilai investasi untuk pembangunan infrastruktur energi surya perlu diprioritaskan.

Kemudian 41% memprioritaskan proyek infrastruktur pasokan air serta saluran pembuangan limbah, dan 41% memprioritaskan infrastruktur mitigasi banjir.