PT Pertamina Hulu Energi (PHE) juga melakukan upaya untuk mendorong tercapainya target Net Zero Emission (NZE) di Indonesia pada 2060. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan mengusung empat strategi dekarbonisasi.
Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Hulu Energi Arya Dwi Paramita menyebutkan, strategi dekarbonisasi yang pertama adalah mengoptimalkan penggunaan gas turbin dengan memberikan kontribusi penurunan emisi sebesar 24%.
“Dari upaya ini kami berhasil mereduksi emisi,” ujar Arya dalam acara Collaborative Strategies for a Greener Energy Industry, yang disiarkan di Youtube, Selasa (17/10).
Kedua, mengurangi gas suar (flare gas). Upaya ini berhasil memberikan konstribusi sebesar 10%. Ketiga, memanfaatkan flare gas untuk bahan bakar turbin. “Jadi ini lebih kepada pemanfaatan sebagai bahan bakar dengan memberikan kontribusi (penurunan emisi) sebesar 8%,” kata dia.
Selanjutnya, cara yang keempat dalam dekarbonisasi adalah dengan menerapkan bahan bakar biodiesel untuk kegiatan armada di laut, dan berhasil memberikan kontribusi penurunan emisi kurang lebih sebesar 5%. Selain keempat strategi tersebut, Arya mengatakan, Pertamina Hulu Energi juga melakukan kegiatan-kegiatan lain dan carbon offset (penyeimbangan emisi karbon).
Aryo juga menyebutkan bahwa PHE memiliki tiga strategi dalam mengembangkan keberlanjutan (sustainability). Pertama, PHE mendorong pengembangan gas yang lebih rendah emisi. Kedua, PHE menjalankan program dekarbonisasi dengan menekan konsumsi energi melalui penggunaan pembangkit listrik rendah karbon.
“Yang ketiga, khusus untuk sektor hulu migas yaitu dengan melakukan monetisasi potensi Carbon Capture Utilization and Storage atau CCUS,” kata Aryo.
Pertamina melalui Subholding Upstream PT Pertamina Hulu Energi (PHE) tengah mengkaji empat proyek CCUS untuk mendorong produksi migas sembari mengejar target penurunan emisi karbon. Dari keempat proyek CCUS tersebut, tiga di antaranya terletak di Pulau Jawa dan satu proyek di Sumatera.
Pengembangan teknologi CCUS di beberapa lapangan migas ditujukan untuk pengurasan minyak tahap lanjut atau Enhance Oil Recovery (EOR) dan Enhance Gas Recovery (EGR). EOR merupakan metode peningkatan produksi minyak bumi dengan menginjeksikan sumber energi eksternal, sedangkan EGR adalah praktik menginjeksi gas CO2 ke lapangan untuk menambah produksi migas di lapangan yang reservoirnya mulai menipis.
Penerapan CCUS untuk EOR akan dilakukan di Lapangan Sukowati Bojonegoro Jawa Tengah, Lapangan Gundih Blora Jawa Tengah, Lapangan Jatibarang Indramayu Jawa Barat dan Lapangan Ramba di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Pertamina Berupaya Dapatkan Dana JETP untuk CCUS
Untuk itu, PT Pertamina berupaya mendapatkan porsi pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP) dalam bentuk hibah. Tujuannya untuk modal riset percepatan implementasi teknologi CCUS tersebut di sektor hulu migas.
Juru bicara Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan perseroan telah menandai beberapa lapangan migas yang berpotensi untuk aplikasi CCUS. Adapun lokasinya berada di Cekungan Sumatera Tengah, Cekungan Kutai and South Asri, Lapangan Migas Gundih dan Sukowati, Jawa Tengah serta Lapangan Donggi Matindok di Sulawesi Tengah.
“Resminya kami belum mengajukan usulan proyek untuk JETP, tapi komunikasi sudah dilakukan dan harapannya kami bisa mendapatkan bagian dari JETP untuk riset CCUS di lapangan Pertamina dan non-Pertamina,” kata Fadjar lewat pesan singkat pada Selasa (20/6).
Pertamina bakal mengikuti kebijakan JETP meski program internasional tersebut masih fokus pada transisi energi dan pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara. “Perlu kami pastikan juga dengan JETP-nya apakah akan membuka pendanaan untuk CCUS,” ujar Fadjar.
Sementara itu, proyek Gundih CCUS/CO2-EGR yang dikerjakan oleh Pertamina CoE ITB, dan J-Power akan mulai beroperasi atau onstream pada 2026. Proyek ini ditaksir punya potensi penyimpanan emisi CO2 sebesar 3 juta ton selama 10 tahun.
Proyek yang masih dalam tahap perencanaan adalah proyek Sukowati CO2-EOR yang dikerjakan oleh Pertamina, Lemigas, Japex dan METI Japan. Proyek yang memiliki potensi penyimpanan emisi CO2 sebesar 14 juta ton selama 15 tahun ini akan melakukan uji pilot pada 2026 hingga 2027.
Selanjutnya, ada Proyek Ramba CCUS garapan PT Pertamina yang bakal onstream pada 2030 dengan potensi penyimpanan emisi CO2 yang belum diketahui. Adapun untuk wilayah lainnya seperti di Kutai Basin, Sunda Asri Basin, Sumatera Selatan, dan Sumatera Tengah juga sudah dimulai studi untuk melihat potensi melalui kolaborasi dengan Japex, Janus, Exxonmobil, Jogmec, Chiyoda Corporation, dan Mitsui.