Kemenperin Percepat Target Nol Emisi Karbon, IISIA: Butuh Waktu

ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Kementerian Perindustrian menargetkan industri baja dapat mencapai target nol emisi karbon lebih cepat, yakni pada 2050.
Penulis: Andi M. Arief
23/10/2023, 16.45 WIB

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mempercepat target nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) dari 2060 menjadi 2050. Menurutnya, salah satu sektor yang menjadi perhatian pemerintah terkait percepatan target tersebut adalah industri baja.

Agus menilai penggunaan teknologi oleh industri baja membuat percepatan NZE menjadi 2050 dapat dicapai. Walau demikian, Agus mengakui penyerapan energi baru terbarukan oleh industri baja masih menjadi tantangan.

"Kami berharap IISIA dapat mendukung berbagai upaya pemerintahan seperti pemenuhan kebutuhan domestik dan mengambil inisiatif pengembangan energi baru terbarukan," kata Agus di Kantor Kementerian Perindustrian, Senin (23/10). Agus menyatakan akan mendorong Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) menjadi asosiasi yang kompeten dan kredibel dalam pengembangan industri baja ramah lingkungan.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum IISIA Purwanto Widodo mengatakan industri hijau kini menjadi pembicaraan yang hangat. Namun Purwanto menilai target NZE sebelumnya pada 2060 telah cukup cepat.

Purwanto menjelaskan pengubahan proses produksi di industri baja memerlukan waktu, khususnya di hulu industri baja. Proses yang dimaksud mulai dari studi kelayakan, pencarian dana, hingga konstruksi fasilitas baru yang setidaknya memakan waktu tiga tahun.

"Oleh karena itu, tentu kami sangat ingin duduk bersama pemerintah untuk membuat peta jalan bagaimana industri baja ke depan bisa memenuhi target NZE ini," ujar Purwanto. 

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan bahwa sektor industri berhasil melakukan efisiensi yang sangat besar melalui penggunaan energi hijau. Pemerintah berupaya memacu pembangunan industri hijau untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.

Pembina Industri Ahli Madya di Pusat Industri Hijau, Kepala Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri, Kemenperin Astika Andhini mengatakan dalam penggunaan energi hijau tersebut sektor industri berhasil menghemat biaya energi hingga Rp 9,8 triliun.

“Program industri hijau kita mendapatkan potensi penghematan energi sebesar sekitar 30.921 Terra Joule (TJ) atau setara dengan 9,8 triliun untuk program di tahun 2022,” ujar Astika dalam seminar IESR bertajuk 'Bridging Cross-Sectoral Gap In Pursuing More Ambitious Climate Target in Indonesia', Kamis (10/8).

Kemudian, Astika menyebutkan dengan penggunaan energi baru terbarukan (EBT), sektor industri juga berhasil menurunkan emisi karbon dan gas rumah kaca kurang lebih 7.558 juta ton CO2e. “Ini di luar industri yang ikut dalam penghargaan industri hijau, termasuk dalam sektor NDC,” kata dia.

Tak hanya itu itu, dia menyebutkan sektor industri juga berhasil menghemat penggunaan air hingga sebesar 8.335 juta meter kubik atau setara dengan Rp 20 triliun.


Reporter: Andi M. Arief