BRIN Ungkap Potensi Logam Tanah Jarang untuk EBT, Banyak Ditemui di RI

ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/foc.
Dua pekerja memeriksa baterai panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pulau Kodingareng, Kecamatan Sangkarrang, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (15/12/2022). Baterai panel surya merupakan komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk menyimpan energi yang dihasilkan dari sinar matahari dan juga berfungsi sebagai pemasok listrik saat panel surya tidak menghasilkan energi.
3/11/2023, 15.13 WIB

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bahwa material logam tanah jarang berpotensi untuk dikembangkan sebagai energi baru dan terbarukan (EBT). Material Logam Tanah Jarang tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuatan solar cell atau panel surya, baterai isi ulang, dan fuel cell atau sel bahan bakar.

 Peneliti Pusat Riset Material Maju (PRMM) BRIN, Jarot Raharjo, mengatakan salah satu contoh pemanfaatan fuel cell adalah program Energy Farm (Ene-Farm) yang dijalankan di Jepang sejak 2009. Ene-Farm menggunakan solid oxide fuel cell atau polymer electrolyte membrane fuel cell untuk mengubah hidrogen maupun bahan bakar lainnya menjadi sumber listrik dan panas bagi rumah tangga.

"Logam Tanah Jarang juga dapat diproses terlebih dahulu menjadi advanced material (material maju) sebelum digunakan untuk membuat berbagai perangkat yang menggunakan maupun menghasilkan energi bersih, seperti kendaraan listrik, baterai kendaraan listrik, dan turbin angin," kata Jarot pada seminar daring "Materi Lokal untuk mendukung Net Zero Emission” yang dipantau di Jakarta, Kamis (3/11).

Ditemukan di Bangka Belitung hingga Papua

Salah satu sumber Logam Tanah Jarang adalah pasir monasit yang merupakan sisa hasil pengolahan timah. Indonesia diperkirakan memiliki potensi sekitar 1,5 miliar ton pasir monasit yang tersebar di Bangka Belitung, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Oleh karena itu, Jarot mengatakan, BRIN bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama dari sektor industri, untuk memberikan nilai tambah pada material LTJ. Salah satu kerja sama yang mereka lakukan ialah mengubah pasir monasit menjadi LTJ hidroksida, LTJ oksida dan LTJ logam.

Pengembangan LTJ tersebut dilakukan oleh Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN, serta Balai Besar Pengujian Mineral dan Batubara (tekMIRA) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sedangkan Pusat Riset Material Maju (PRMM) BRIN telah mengaplikasikan LTJ pada pengembangan prototipe radar-absorbing material serta sensor gas beracun.

Selain itu, Jarot mengatakan bahwa BRIN juga melakukan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan LTJ untuk pembuatan baterai, mesin MRI, permanen magnet, serta solid oxide fuel cell.

“Kemudian terakhir mengenai studi kelayakan pengolahan mineral radioaktif untuk industri berbasis LTJ serta demo plan REOH3 dan REO2 juga sedang dijajaki kerjasamanya dengan Rekind (PT Rekayasa Industri) dan PT Bersahaja,” ucap dia.

 

Reporter: Antara