PLN Prioritaskan Ekspor Listrik EBT dari Sumatra ke Jawa, Ini Caranya
PT PLN (Persero) akan membangun transmisi listrik super grid hijau untuk mengatasi ketidakcocokan lokasi sumber daya energi baru dan terbarukan (EBT) dengan pusat permintaan. Salah satu yang menjadi prioritas adalah bagaimana mengirimkan listrik dari pembangkit EBT di Sumatra ke Jawa.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan, saat ini sebagian besar sumber EBT berada di pulau Jawa. Sementara permintaan tertinggi listrik berada di Jawa.
"Adanya mismatch lokasi EBT dengan epicentrum of demand ini, harus diatasi dengan green supergrid yang dikolaborasikan Ditjen Ketenagalistrikan dengan RUPTL," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Bersama Komisi VII DPR, Rabu (15/11).
Super grid adalah ialah infrastruktur kelistrikan yang membentang dari barat ke timur. Infrastruktur ini akan menyambungkan lima area utama kelistrikan di Indonesia.
Menurut Darmawan, PLN akan berkolaborasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk merencanakan pembangunan super grid. Dia berharap adanya program tersebut bisa mengoptimalkan potensi EBT di Indonesia.
Selain itu, Darmawan mengatakan pemerintah dan PLN telah menyepakati penambahan pembangkit sebesar 75% yang berasal dari EBT dan 25% dari gas sampai 2040. Skenario tersebut terangkum dalam skema Accelerated Renewable Energy Development (ARED), di mana pengembangan sistem interkoneksi listrik bersih antar pulau super grid hijau.
Dengan pembangunan tersebut, penambahan kapasitas pembangkit EBT bisa meningkat dari 22 gigawatt (GW) menjadi 61 GW pada 2040. Salah satu prioritas tinggi adalah menyambungkan transmisi listrik Sumatra dan Jawa
"Bagaimana potensi hidro dalam skala yang cukup besar, terutama di daerah-daerah Sumatra bagian utara, Aceh dan Pantai Barat Sumatra ini semuanya bisa dibangun dan kemudian produksi listriknya bisa disalurkan ke pulau Jawa," kata dia.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman P. Hutajulu, menjabarkan pihaknya mencatat potensi EBT di seluruh Indonesia mencapai 3.687 GW. Potensi tersebut meliputi surya, hidro, bioenergi, angin, panas bumi dan laut.
"Indonesia memiliki potensi EBT besar, tersebar, dan beragam, untuk mendukung ketahanan energi nasional dan pencapaian target bauran EBT," ujar Jisman.
Namun, dirinya mengatakan lokasi potensi EBT yang besar pada umumnya jauh dari lokasi pusat beban. Dengan begitu, diperlukan penguatan infrastruktur transmisi tenaga untuk menyalurkan energi listrik dari lokasi potensi EBT menuju ke pusat beban yang saat ini masih di pulau Jawa.
"Oleh karena itu, Indonesia berencana mengembangkan super grid guna meningkatkan konektivitas dan mengoptimalkan potensi EBT di 5 pulau utama, yakni Sumatra, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Bali," ujarnya.
Dia mengatakan, sistem kelistrikan Indonesia akan semakin andal dan berkelanjutan dengan membangun interkoneksi antar pulau. Pasalnya, pengembangan super grid dan modernisasi sistem ketenagalistrikan tidak hanya semata-mata berpotensi untuk mensuplai EBT seperti hidro dan panas bumi saja.
“Tetapi juga meningkatkan penetrasi pengembangan sumber EBT yang intermiten seperti surya dan angin,” kata dia.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2021-2030 (RUPTL), pemerintah menargetkan porsi EBT dalam bauran energi nasional bisa mencapai 23% pada 2025. Namun, menurut laporan Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2022 dari Kementerian ESDM, sampai akhir tahun lalu bauran EBT masih jauh dari target, yakni baru 14,11%.