PT PLN (Persero) meresmikan 21 unit Green Hydrogen Plant (GHP) tersebar di seluruh Indonesia di pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) di Tanjung Priok, Jakarta, Senin (20/11). Upaya ini membuat PLN menjadi perusahaan yang memiliki GHP terbanyak di Asia Tenggara.
Sebelumnya pada Oktober, PLN juga telah meresmikan GHP pertama di Indonesia yang berlokasi di PLTGU Muara Karang, Jakarta. Dengan demikian, PLN kini mampu memproduksi hingga 199 ton hidrogen per tahun.
“Kalau sebelumnya kemampuan produksinya hanya 51 ton, saat ini kita bisa meningkatkan menjadi 199 ton dengan excess produksi hingga 124 ton,” ujar Direktur Utama PLN Darmawan Prasedjo dalam acara Peresmian Green H2 Plant PLN, di PLTGU Tanjung Priok, Jakarta, Senin (20/11).
Darmawan mengatakan, hasil produksi 21 unit hidrogen hijau tersebut akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan mobil. Pasalnya, saat ini pemerintah bukan hanya mendorong penggunaan mobil listrik tapi juga mobil hidrogen.
“Artinya tadinya dengan 1 hidrogen sebelumnya hanya bisa dimanfaatkan untuk 150 mobil hidrogen, dengan 21 unit hidrogen ini bisa meningkat menjadi 424 mobil hidrogen,” kata dia.
Darmawan menjelaskan, biaya yang dikelurkan untuk menggunakan bahan bakar hidrogen lebih terjangkau dibandingkan Bahan bakar minyak (BBM). Bahan bakar hidrogen bisa mengurangi biaya hingga 35%.
Darmawan menuturkan, GHP kedua yang dikembangkan PLN ini merupakan hasil inovasi dalam menjawab tantangan transisi energi dengan memaksimalkan aset yang ada. Dia mengatakan, kedepannya PLN akan terus berinovasi untuk menghasilkan nilai tambah bagi negara dan perusahaan.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PLN IP Edwin Nugaraha Putra mengatakan, terciptanya 21 unit hidrogen tersebut tidak mengeluarkan biaya investasi karena hidrogen tersebut bersumber dari sisa hidrogen yang tidak terpakai.
“Dulu hidrogen-gidrogen ini dihasilkan dengan kapasitas mampu, misalnya 8 ton per tahunnya, tapi dipakai oleh pembangkit hanya 3 ton. Nah ada sisa 5 ton, 5 ton tersebut kita coba buat untuk hidrogen refueling station,” ujarnya.
Peta Jalan Pemanfaatan Hidrogen
Sebelumnya, pemerintah telah menyiapkan peta jalan pemanfaatan hidrogen dan amonia hijau hingga 2060. Dokumen ini akan memuat regulasi, standar, infrastruktur, teknologi, hingga soal permintaan dan penawaran.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, mengatakan Indonesia berpotensi menjadi pusat (hub) hidrogen global. Pemerintah juga mempertimbangkan kontribusi hidrogen dalam transisi energi di Indonesia.
Menurutnya, hidrogen telah dimanfaatkan di Indonesia dalam sektor industri, terutama sebagai bahan baku pupuk. Konsumsi hidrogen di Indonesia saat ini berkisar 1,75 juta ton per tahun, dengan pemanfaatan didominasi untuk urea (88%), amonia (4%), dan kilang minyak (2%).
"Hidrogen hijau akan memainkan peran penting dalam dekarbonisasi sektor transportasi yang akan dimulai pada tahun 2031, dan sektor industri dimulai pada tahun 2041," ujar Dadan, Senin (28/8).
Salah satu upaya pengembangan potensi hidrogen hijau diinisiasi oleh PT PLN dan PT Pupuk Iskandar Muda. Kedua BUMN itu bekerja sama dengan Augustus Global Investment (AGI) dalam investasi produksi hidrogen hijau di Indonesia. Dadan berharap agar kolaborasi ini dapat memperkuat dan meningkatkan upaya pencapaian ketahanan energi dan mempercepat transisi energi.
Dalam kerja sama tersebut terungkap bahwa AGI berencana membangun Production Plant Green Hydrogen berkapasitas produksi 35.000 ton per tahun di Indonesia dan membutuhkan lahan 50 ha. Biaya investasi pembangunan infrastruktur produksi green hydrogen diperkirakan sebesar US$ 400 juta - US$ 700 juta.