PLN Akan Tandatangani 13 Kerja Sama Transisi Energi di COP28

PLN
PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, di gelaran COP 28 ini, para pemimpin dunia yang tergabung dalam anggota UNFCCC (Perserikatan Bangsa Bangsa/PBB yang menangani perubahan iklim) akan berkumpul membahas berbagai solusi menghadapi perubahan iklim.
30/11/2023, 12.49 WIB

PT PLN (Persero) akan menandatangani 13 kerja sama transisi energi dalam event United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Conference of the Parties (COP) ke-28 di Dubai yang akan dimulai 30 November hingga 12 Desember 2023. Dalam pertemuan tersebut, PLN juga akan menggelar sesi diskusi.

Direktur Utama, PLN Darmawan Prasodjo mengatakan gelaran COP 28 ini akan dihadiri para pemimpin dunia yang tergabung dalam anggota UNFCCC (Perserikatan Bangsa Bangsa/PBB yang menangani perubahan iklim). Mereka berkumpul membahas berbagai solusi menghadapi perubahan iklim.

”Tak hanya menjadi speakers, PLN juga akan melaksanakan berbagai diskusi hingga penandatanganan kesepakatan bilateral terkait dengan transisi energi. Selain itu, PLN juga akan menjadi host dan co-host beberapa side event pada rangkaian kegiatan COP 28,” ujar Darmawan dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (30/11).

Dalam penyelenggaraan COP 28, PLN dijadwalkan mengikuti berbagai sesi diskusi guna membahas isu. Sejumlah isu yang dibahas di antaranya terkait akselerasi transisi energi, upaya pengurangan energi fosil lewat dedieselisasi, pendanaan energi hijau lewat Just Energy Transition Partnership (JETP), ASEAN _Power Grid, Renewable Energy Certificate (REC), carbon market, hingga memaparkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hijau PLN yang didukung skema Accelerating Renewable Energy Development (ARED).

Selain itu kata Darmawan, PLN juga akan menandatangani sebanyak 13 kerja sama global dalam mendukung upaya percepatan transisi energi di tanah air. ”Ini adalah perubahan iklim global, merupakan tantangan global, merupakan masalah global, hal ini tidak dapat diatasi secara lokal, hal ini harus ditangani secara global” ujar Darmawan.

Tiongkok Terdepan dalam Penggunaan EBT

Berdasarkan laporan Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) bertajuk Renewable Energy Statistics 2023, Tiongkok menjadi negara dengan kapasitas energi terbarukan atau EBT terbesar di dunia pada 2022.

Tercatat, Negeri Tirai Bambu memiliki pembangkit listrik EBT dengan kapasitas mencapai 1,16 juta megawatt (MW) pada tahun lalu. Jumlah ini setara 34,31% dari total kapasitas energi terbarukan global yang mencapai 3,38 juta MW pada 2022.

Amerika Serikat berada di urutan kedua dengan kapasitas EBT sebesar 351,67 ribu MW. Posisi berikutnya ada Brasil dan India yang masing-masing memiliki kapasitas EBT sebesar 175,26 ribu MW dan 163,01 ribu MW. 

Ada pula Jerman yang memiliki kapasitas EBT sebesar 148,42 ribu MW, lalu diikuti Jepang dengan kapasitas EBT sebesar 121,50 ribu MW, dan Kanada sebesar 106,87 ribu MW.

Sementara, Indonesia menempati urutan ke-34 dengan kapasitas EBT sebesar 12,6 ribu MW pada tahun lalu. Posisi Indonesia berada di bawah Belgia dengan kapasitas EBT sebesar 13,08 ribu MW.