CELIOS: 90% Provinsi di Indonesia Belum Siap Lakukan Transisi Energi

123RF.com/Pop Nukoonrat
Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menilai kesiapan daerah dalam menghadapi transisi energi masih rendah dalam pemanfaatan sumber-sumber energi ramah lingkungan.
Penulis: Rena Laila Wuri
16/1/2024, 16.04 WIB

Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menilai kesiapan daerah dalam menghadapi transisi energi masih rendah dalam pemanfaatan sumber-sumber energi ramah lingkungan. Hal itu diungkapkan oleh CELIOS dalam peluncuran laporan "Indeks Kesiapan Transisi Energi Indonesia”.

Direktur Kebijakan Publik CELIOS Media Wahyudi Askar mengatakan kesiapan perpindahan dari sumber energi yang memiliki emisi karbon tinggi ke energi terbarukan di Indonesia masih jauh dari kemerataan.

“Kesiapan transisi energi masih jauh dari kemerataan antarwilayah di mana 90% provinsi di Indonesia belum memiliki kesiapan yang memadai, yakni sekitar 70% (24 provinsi) berstatus sedang dan 20% (7 provinsi) berstatus rendah,” kata Media Wahyudi, dalam keterangannya dikutip, Selasa (16/1).

Media menuturkan banyak faktor yang menjadi kendala. “Belum meratanya kesiapan daerah dalam transisi energi juga bergantung pada tingkat konsumsi per kapita, signifikansi keterlibatan perempuan, dan tingkat kerentanan iklim dan energi di tiap daerah,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira mengatakan belum meratanya fasilitas pendukung ketrampilan membuat daerah sulit mandiri energi, terutama ketrampilan yang berkaitan dengan operator dan instalasi energi terbarukan baik mikro-hidro, hingga tenaga surya.

“Pemerintah dan swasta perlu mendorong lebih banyak lagi sekolah keterampilan, sekolah vokasi, perguruan tinggi yang bisa mempersiapkan keahlian masyarakat dalam transisi energi,” kata Bhima.

Selain masalah keterampilan, kata Media, tren kesiapan transisi energi sejalan dengan postur anggaran pemerintah yang lebih besar, rendahnya tingkat korupsi, dan keberpihakan melalui kredit ketahanan energi.

“Menariknya, dari temuan studi semakin tinggi kerentanan suatu daerah justru memiliki indeks kesiapan transisi energi yang lebih baik," kata Media. Hal ini didasarkan pada pengalaman menghadapi kerugian finansial yang besar akibat bencana menjadi pembelajaran untuk lebih cepat melakukan transisi ke energi bersih.

Perempuan dalam Agenda Transisi Energi

Media menuturkan perempuan menjadi aktor rentan dalam konteks risiko kebencanaan. Perempuan memiliki hubungan erat dengan sektor-sektor pekerjaan yang terdampak langsung oleh krisis iklim. “Keterlibatan perempuan dalam agenda transisi akan memperkaya pemahaman mendalam tentang kebutuhan energi di level rumah tangga dan komunitas,” ujar Media.

Indeks Kesiapan Transisi Energi Indonesia menjadi sangat relevan dalam memberikan penilaian atas perkembangan infrastruktur energi, kebijakan, dan praktik transisi energi.

Keberadaan indeks dalam konteks investasi juga menawarkan pertimbangan lingkungan, sosial, dan tata kelola untuk diinternalisasikan dalam komitmen lingkungan berkelanjutan. Kontribusi indeks juga menyentuh aspek ketimpangan dan keamanan energi melalui sinkronisasi penanggulangan disparitas dalam distribusi, aksesibilitas, dan pemanfaatan sumber daya energi.

Dengan demikian, indeks ini memberikan kebaruan informasi mengenai tantangan dan peluang yang dapat menjadi rujukan bagi pembuat kebijakan dalam merumuskan strategi dan lanskap transisi energi yang lebih berkeadilan.

Reporter: Rena Laila Wuri