Satu Tahun Penerapan B35, Produsen Ungkap Ada Kendala di Lapangan

ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Sejumlah kapal pengangkut BBM berada di Dermaga Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM), Bungus Teluk Kabung, Padang, Sumatera Barat, Rabu (15/1/2020).
27/2/2024, 17.16 WIB

Penerapan mandatori biodiesel 35 persen atau B35 sudah berjalan hampir 1 tahun sejak pemerintah mewajibkan penggunaannya pada 1 Februari 2023. Produsen mengakui ada kendala di awal implementasi B35.

B35 merupakan bauran 65% solar dan 35% biodiesel dari fatty acid methyl ester (FAME). Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Ernest Gunawan, mengatakan kendala tersebut khususnya dalam proses distribusi yang dilakukan Pertamina ke Badan Usaha (BU) Bahan Bakar Minyak (BBM).

 “Padahal dari anggota Aprobi sudah mengirimkan tepat waktu,” kata Ernest saat ditemui di acara Seminar Tantangan Industri Bioenergi di Jakarta, Selasa (27/2).

Akan tetapi, dia mengatakan, Pertamina sudah mulai menyalurkan B35 dihampir seluruh terminal pada Juli 2023.

Ernest mengatakan, saat ini sejumlah beberapa parameter B35 telah diperbaiki dan disetujui oleh anggota Aprobi, kementerian terkait dan stakeholder lainnya. Parameter tersebut salah satunya terkait penaikan kuota hingga meningkatkan kualitas B35.

Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) menetapkan alokasi biofuel senilai 11,2 juta KL pada 2023. Menurut data ESDM, realisasinya pemanfaatan biofuel nasional mencapai 12,2 juta KL di 2023.

Alokasi 2024 Capai 13,4 Juta KL

Sementara itu, Kementerian ESDM mengalokasikan kuota Bahan Bakar Nabati (BBN) atau biofuel B35 sebanyak 13,4 juta Kilo Liter (KL) pada 2024. Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Edi Wibowo menetapkan target tersebut lebih tinggi dari Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).

 “Di dalam RUEN menetapkan alokasi biofuel sebesar 12,5 juta KL, sedangkan pemerintah mengalokasikan 13,4 juta KL,” kata Edi di acara Seminar Tantangan Industri Bioenergi di Jakarta, Selasa (27/2).

Dari alokasi tersebut, Edi mengatakan, realisasinya diharapkan bisa mencapai 12,5 hingga 13 juta KL di 2024. Ia yakin target tersebut bisa tercapai untuk meningkatkan peran bioenergi dalam bauran Energi Baru Terbarukan (EBT). 

Sementara pada 2025, kuota biofuel akan semakin tinggi yaitu diprediksi sebanyak 13,9 juta Kiloliter (KL). Kuota 13,9 juta KL di 2025 mencakup biodiesel, bioethanol, dan BBN lain.

Reporter: Rena Laila Wuri