Hasil studi International Council on Clean Transportation (ICCT) menyatakan kendaraan listrik bisa mereduksi emisi hingga 85%. Reduksi emisi tersebut bisa dioptimalkan jika  pengisian daya kendaraan listrik baterai menggunakan listrik dari sumber energi terbarukan.

Hal ini tertuang dalam kajian bertajuk “Perbandingan Daur Hidup Emisi Gas Rumah Kaca dari Kendaraan Bermotor Mesin Bakar dengan Kendaraan Listrik pada Mobil Penumpang dan Sepeda Motor di Indonesia”.

ICCT memprediksi emisi dari sektor transportasi akan meningkat dua kali lipat pada 2050 dari sekarang.  Kendraan listrik dapat membantu untuk menekan emisi tersebut..

Peneliti senior ICCT, Aditya Mahalana, mengatakan kendaraan listrik baterai  juga dapat mengoptimalkan pencapaian target pengurangan GRK bila disandingkan dengan peningkatan bauran listrik dari energi terbarukan (EBT).

“Kami mengkaji daur hidup emisi pada kendaraan roda empat dan dua dengan membandingkan berbagai sumber rangkaian tenaganya (powertrain),” kata Adit saat Workshop “Course to Zero (Emissions)” yang digelar Katadata.co.id dan International Council on Clean Transportation (ICCT) , di Jakarta, Rabu (28/2).

Adit mengatakan, daur hidup emisi merujuk pada emisi kendaraan mulai dari proses manufaktur, bahan bakar, proses penambangan, pengilangan dan pembangkitan listrik, sampai dengan akhir hidup kendaraan tersebut dengan masa pakai umumnya 18–20 tahun.

ICCT menggunakan asumsi penggunaan kendaraan serta sumber energi 2023. Kajian ini juga melakukan proyeksi untuk 2030 berdasarkan rencana pemerintah dalam mencapai target emisi nol bersih (NZE) pada 2060, terutama penambahan bauran sumber energi terbarukan. 

Perbandingan emisi kendaraan BBM, hydbrid, dan berbasis baterai

Lembaga tersebut membandingkan antara kendaraan bahan bakar fosil (BBM), kendaraan listrik hibrida konvensional (HEV), kendaraan listrik hibrida plug-in (PHEV), kendaraan listrik sel bahan bakar hidrogen (FCEV), dan kendaraan listrik baterai (BEV). 

Adit mengatakan perhitungan kajian menunjukkan, daur hidup emisi kendaraan listrik baterai untuk segmen kendaraan kecil, sport utility vehicle (SUV), dan multipurpose vehicle (MPV) sebesar 47–56 persen lebih rendah dibandingkan kendaraan BBM pada 2023.

Sementara proyeksi daur hidup emisi untuk SUV pada 2030, diperkirakan menjadi 52–65 persen lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan BBM yang diproduksi pada 2023. 

Apabila pengisian daya kendaraan listrik baterai menggunakan listrik dari sumber energi terbarukan, maka potensi emisinya bisa mencapai 85 persen lebih rendah. 

Sementara itu, peneliti senior ICCT, Georg Bieker mengatakan HEV dan PHEV bisa membantu mengurangi emisi. Akan tetapi tidak dalam jangka panjang. 

“Kedua kendaraan ini tidak memungkinkan untuk mencapai target NZE 2060,” kata Bieker. 

HEV masih menggunakan BBM dan hanya menawarkan manfaat efisiensi bahan bakar. PHEV juga masih mengandalkan BBM sebagai bahan bakar utamanya.

Sepeda motor listrik juga tercakup dalam kajian ICCT. Berdasarkan kajian tersebut, sepeda motor listrik juga punya potensi mengurangi emisi GRK dibanding motor konvensional. 

ICCT menunjukkan daur hidup emisi sepeda motor segmen sepeda motor listrik lebih rendah sebesar 26–35 persen dibanding sepeda motor BBM pada 2023.

Proyeksi daur hidup emisi sepeda motor listrik pada 2030 memiliki potensi reduksi emisi sebesar 34–51 persen dibanding sepeda motor BBM yang diproduksi pada 2023.

Reporter: Rena Laila Wuri