Sejumlah lembaga saat ini mulai membentuk ekosistem untuk kendaraan berbasis hidrogen. Namun demikian, terdapat sejumlah kendala untuk membuat kendaraan hidrogen mengaspal secara masif di Indonesia.
Lembaga tersebut misalnya PLN Indonesia Power (IP) yang telah meresmikan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Hidrogen atau Hydrogen Refueling Station (HRS) di Jakarta. PT Pertamina (Persero) juga tengah membangun stasiun pengisian bahan bakar hidrogen (SPBH) di Jakarta.
Menanggapi hal itu, Ketua Umum Gaikindo, Yohanes Nangoi mengatakan teknologi mobil hidrogen sangat bersih emisi. Namun, teknologinya masih mahal.
“Mobil hidrogen ini sangat bersih lingkungan karena akhirnya emisi gas buangnya adalah berupa air atau H20. Cuma teknologinya masih termasuk mahal,” kata Yohanes saat dihubungi Katadata, Senin (25/3).
Namun, Gaikindo menyambut positif langkah pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur mobil hidrogen di Indonesia. Pasalnya, pemerintah sangat memperhatikan lingkungan dengan mempersiapkan hal ini.
Akan tetapi, Yohanes mengingatkan pasar terbesar kendaraan di Indonesia saat ini ada di kelompok dengan kemampuan daya beli masyarakat di antara Rp 200-325 juta. Sedangkan, harga mobil hidrogen yang beredar saat ini teknologinya jauh lebih mahal dibandingkan mobil listrik.
“Daya beli masyarakat Indonesia di mobil itu yang market segmen-nya besar itu di Rp 200 juta, Rp 350 juta itu masih berani,” ujarnya.
Selain itu, Yohanes mengatakan, produsn mobil hidrogen di dunia juga masih sedikit. Teknologi mobil saat ini pusatnya berada di Cina, Jepang, Eropa, Amerika, dan Korea Selatan. Sementara Indonesia baru dalam tahap memantau akan dibawa kemana teknologi ini.
Yohanes meyakini bahwa kendaraan yang bisa mmenangkan pasar adalah yang lebih bersih lingkungan, harganya kompetitif, serta bisa lebih lama dipakai. Dengan demikian, harga mobil sangat berpengaruh pada daya saing pasar.
“Bukannya belum siap, mungkin di orang-orang tertentu siap untuk membeli, tapi cuma satu dua biji orang yang beli. Apakah secara ekonomi masuk? Kan tidak masuk. Jadi kesiapan itu macam-macam,” ujar dia.
Menurutnya, kesiapan infrastruktur, kesiapan daya beli masyarakat itu harus diimbangi. Jika tidak seimbang maka ekosistemnya tidak akan jalan.
Pemerintah Siapkan Roadmap Mobil Hidrogen
Mobil hidrogen memang belum dijual massal seperti kendaraan listrik. Namun, pemerintah sudah menyiapkan roadmap untuk penerapan teknologi tersebut.
“Roadmap-nya sudah ada. Permenperin (Peraturan Menteri Perindustrian) Nomor 29 Tahun 2023, regulasinya ada,” ucap Agus Gumiwang, Menteri Perindustrian dikutip dari Katadata Oto, Selasa (26/3).
Hanya saja ia masih enggan membeberkan lebih lanjut bagaimana implementasi mobil hidrogen di Tanah Air maupun target penerapannya.
Terbaru, Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) berkolaborasi dengan Toyota untuk mengembangkan ekosistem hidrogen sebagai bahan bakar kendaraan di Indonesia. Keduanya sepakat pembangunan ekosistem tersebut tidak hanya mempersiapkan infrastruktur melainkan juga kerja sama untuk memastikan tingkat permintaan konsumsi bahan bakar hidrogen.
Kolaborasi kedua entitas tersebut tertuang dalam Joint Development Agreement tentang pengembangan ekosistem transportasi berbasis hidrogen yang dilakukan oleh Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro dan President Director Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Nandi Julyanto, bersamaan dengan groundbreaking hydrogen refueling station (HRS) di SPBU Daan Mogot, Rabu (17/1).
Penandatanganan disaksikan oleh Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama dan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati. Basuki mengatakan, Pertamina jadi yang terdepan dalam melakukan inovasi.
Dia berharap kerja sama antara Pertamina dan Toyota terus berlanjut agar ekosistem hidrogen ini terus berkembang di Indonesia "Kita jangan jadi followers kalau mau bisnis energi bersih,” ujar Basuki dalam sambutannya.