Saingi Produk Cina, Raksasa Otomotif Eropa Tawarkan Mobil Listrik Murah
Beberapa produsen mobil terbesar di Eropa meluncurkan kendaraan listrik (EV) berbiaya rendah di Paris Motor Show, pekan lalu. Mereka berusaha untuk mengatasi penurunan permintaan dan merebut kembali pangsa pasar yang saat ini dikuasai oleh merek-merek Cina.
Pameran industri dua tahunan ini, yang dibuka di Paris pada Senin (14/10) dan berlangsung hingga Minggu (20/10), diperkirakan akan menjadi titik balik bagi industri otomotif Eropa.
“Rasanya seperti Eropa sedang melawan (Cina). Ada begitu banyak model baru yang dipamerkan dan peluncuran produk yang lebih terjangkau,” kata Julia Poliscanova, Direktur Senior untuk kendaraan dan rantai pasokan mobilitas elektronik di kelompok kampanye Transport & Environment, kepada CNBC di Paris Motor Show, pada Kamis (17/10).
Poliscanova menyebut Citroen, Peugeot, dan Renault menampilkan beberapa model kendaraan listrik yang lebih kecil dan terjangkau. “Inilah yang kami butuhkan untuk pasar massal, agar orang lebih banyak membeli kendaraan-kendaraan itu, dan di sinilah persaingan dari Cina juga menjadi yang tersulit,” ujarnya.
Raksasa otomotif Eropa telah menghadapi badai tantangan yang sempurna dalam perjalanan menuju elektrifikasi penuh. Mereka harus bertarung dengan minimnya model kendaraan listrik yang terjangkau, peluncuran infrastruktur pengisian daya yang lebih rendah dari yang diantisipasi, dan perang dagang yang meningkat dengan Cina.
Tekanan terhadap produsen mobil Eropa diperkirakan berlanjut tahun depan. Ketika target pengurangan emisi mulai berlaku, beberapa pihak menyerukan langkah-langkah bantuan mendesak untuk menghindari prospek denda yang besar.
Dengan latar belakang inilah para produsen mobil menyadari perlunya meningkatkan penjualan mobil listrik. Mereka menggunakan Paris Motor Show sebagai platform untuk meluncurkan berbagai model kendaraan listrik berbiaya rendah.
Produsen mobil Prancis, Renault, menampilkan purwarupa mobil listrik Twingo E-Tech kepada publik untuk pertama kalinya. Harga mobil listrik ini akan mulai dari kurang dari 20.000 euro (Rp 336 juta) saat mobil ini mulai dipasarkan pada 2026.
Renault juga meluncurkan SUV listrik kecilnya, R4 dan telah menerima pesanan untuk model R5 listrik. Merek Dacia dari grup ini memperkenalkan model Spring. Renault menyebutnya sebagai salah satu mobil listrik paling terjangkau di pasar dengan harga kurang dari 20.000 euro (Rp 336 juta).
Sementara itu, raksasa otomotif Stellantis meluncurkan Citroen C4 dan C4 X yang baru, menggambarkan model-model tersebut sebagai “contoh sempurna” dari respons produsen mobil terhadap tantangan transisi energi.
Mobilitas yang Terjangkau
“Banyak yang mengatakan orang-orang sudah tidak tertarik dengan mobil listrik dan tidak ada permintaan dari konsumen, [tetapi] hal ini tidak benar,” kata Poliscanova dari Transport & Environment.
Ia memperkirakan kendaraan listrik yang terlalu premium tidak akan laku. Sebaliknya, orang akan berbondong-bondong membeli kendaraan listrik yang harganya lebih terjangkau.
Poliscanova mengatakan bahwa peluncuran beberapa mobil listrik berbiaya rendah berarti penjualan mobil listrik dapat mencapai pangsa pasar hingga 24% tahun depan, naik dari 14% tahun ini.
Data JATO menunjukkan rata-rata mobil listrik buatan Cina berharga kurang dari setengah harga yang terlihat di Eropa dan Amerika Serikat pada tahun lalu.
JATO menyebut harga eceran rata-rata mobil listrik berbasis baterai di Cina mencapai sekitar 31.000 euro (Rp 521 juta) pada semester pertama 2023. Sebagai perbandingan, harga eceran rata-rata mobil listrik baterai pada periode yang sama adalah lebih dari 66.000 euro (Rp 1,11 miliar) di Eropa dan 68.000 euro (Rp 1,14 miliar) di AS.
“Orang-orang mencari mobilitas yang terjangkau,” kata CEO Dacia Denis Le Vot kepada CNBC di Paris Motor Show, Senin lalu.
Le Vot mengatakan produk Dacia model Spring yang berharga kurang dari 20.000 euro (Rp 336 juta) memainkan peran dalam mobilitas yang terjangkau. Ia menyebut lebih dari 150.000 unit mobil listrik model Spring telah terjual di Eropa.
Mengubah Perilaku Produsen Mobil Eropa
Pere Brugal, Presiden dan Direktur Pelaksana GM Eropa, mengatakan tantangan yang dihadapi industri otomotif Eropa harus dilihat sebagai fase transisi, bukan sebagai bukti adanya krisis.
“Adopsi teknologi baru dan perilaku baru tidak pernah menjadi kisah pertumbuhan yang linier, tetapi ujungnya adalah [kendaraan] listrik penuh,” kata Brugal kepada CNBC di Paris Motor Show.
Beberapa tantangan industri ini bermuara pada kebutuhan untuk mengubah perilaku yang telah dipelajari, bukan pada hambatan fisik atau teknis.
“Memiliki lebih banyak investasi dalam infrastruktur pengisian daya publik akan membantu, tetapi pada kenyataannya, sudah ada jaringan pengisian daya yang bagus yang memungkinkan mobilitas kendaraan listrik di Eropa saat ini,” ujarnya.