Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat pemanfaatan bahan bakar minyak (BBM) yang dicampur dengan bahan bakar nabati (BBN) atau biodiesel terus meningkat. Realisasi pemanfaatan biodiesel hingga akhir 2023 mencapai 12,2 juta kiloliter (KL).
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi, mengungkapkan realisasi pemanfaatan biodiesel dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren kenaikan.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, pada tahun 2021 realisasi biodiesel mencapai 9,3 juta KL kemudian naik menjadi 10,45 juta KL pada tahun 2022.
"Tahun 2023 meningkat menjadi 12,2 juta KL dengan mandatori B35 yang dimulai Agustus 2023," ujar Agus dalam keterangan tertulis, Senin (28/10).
Agus mengatakan, tren kenaikan tersebut menunjukkan komitmen dan keseriusan pemerintah dalam mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil dan meningkatkan ketahanan energi dengan memanfaatkan biodiesel.
"Rasio campurannya juga terus akan ditingkatkan, yang sekarang sudah B35, akan ditingkatkan menjadi B40, kemudian B50 hingga B60," ujarnya.
Agus mengatakan capaian penyerapan biodiesel pada 2023 juga memberikan manfaat ekonomi. Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, penggunaan biodiesel pada 2023 menghemat devisa negara sebesar Rp120,54 triliun.
Selain itu, peningkatan nilai tambah crude palm oil (CPO) menjadi biodiesel sebesar Rp15,82 triliun, serta penyerapan tenaga kerja lebih dari 11.000 orang untuk off-farm dan 1,5 juta orang on-farm.
Pemerinta terus berupaya memperkuat ketahanan energi nasional. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah dengan mendorong pemanfaatan bioenergi khususnya dengan biodiesel sebagai campuran dalam bahan bakar minyak (BBM).
Program mandatori Biodiesel B35, yang mewajibkan pencampuran 35% biodiesel dalam solar, memberikan dampak positif bagi Indonesia, salah satunya adalah mengurangi ketergantungan pada impor BBM serta memberikan nilai tambah bagi sektor pertanian dan perekonomian rakyat.
Sebelumnya, Presiden Republik Indonesia ke-8 Prabowo Subianto mengungkapkan swasembada energi menjadi salah satu target yang dicanangkan dalam pemerintahannya, dengan mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia.
"Kita harus swasembada energi dan kita mampu untuk swasembada energi, karena kita diberi karunia oleh Tuhan tanaman-tanaman yang membuat kita bisa tidak tergantung bangsa lain. Tanaman-tanaman seperti kelapa sawit bisa menghasilkan solar dan bensin, kita juga punya tanaman-tanaman lain seperti singkong, tebu, sagu, jagung, dan lain-lain," ujar Prabowo.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengatakan swasembada energi akan tercapai seiring dengan meningkatnya ketahanan energi nasional.
"Kemandirian energi salah satunya ada bioetanol, bioenergi, dan biodiesel. Biodiesel sekarang kita sudah B35 dan B40 sudah selesai uji coba," ujar Bahlil.
Bahlil mengatakan ke depan pemerintah akan mendorong untuk memanfaatkan B50 dan B60, mengingat ketersediaan pasokan kelapa sawit sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia cukup melimpah.
"Kalau ditanya itu cukup atau tidak, B35 sampai B40 itu kan kita habiskan kurang lebih sekitar 14 juta kiloliter. Nah, sementara ekspor kita kan masih banyak," kata Bahlil. Selanjutnya, pemerintah tinggal memastikan teknologi untuk memproses biodiesel untuk B50 hingga B60 nanti harus melalui uji coba yang baik.