Emisi Karbon Cina Diprediksi Naik, Impor Batu Bara dari Indonesia Cetak Rekor

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/Spt.
Sejumlah kapal tongkang bermuatan batu bara melintas perairan Sungai Mahakam di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (6/11/2024).
29/11/2024, 17.17 WIB

Emisi karbon Cina diperkirakan akan sedikit meningkat tahun ini, meskipun ada kemajuan pesat dalam energi terbarukan dan kendaraan listrik. Hal ini diprediksi membuat target iklim utama 2025 semakin jauh dari jangkauan, kata Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA).

Dikutip dari Reuters, Jumat (29/11), Cina ingin memangkas jumlah CO2 yang diproduksi per unit pertumbuhan ekonomi sebesar 18% selama periode 2021-2025, tetapi tahun ini masih tertinggal lebih jauh sebagai akibat dari meningkatnya permintaan energi.

Negeri tirai bambu tersebut perlu memangkas emisi sebesar 6% selama 2024-2025 untuk mengejar ketertinggalan. Namun, CREA memprediksi emisi akan meningkat 0,4% lebih lanjut pada 2024. Tindakan radikal akan diperlukan untuk memenuhi target tahun depan.

Kemajuan telah dicapai dalam mengekang kapasitas pembangkit listrik tenaga baja dan batu bara baru, dan penurunan cepat dalam produksi semen juga telah memperlambat pertumbuhan emisi. Namun, CO2 dari industri batu bara menjadi bahan kimia yang berkembang pesat meningkat 12,5% tahun ini, kata CREA.

Impor Batu Bara dari Indonesia Cetak Rekor

Berdasarkan data yang dihimpun oleh analis komoditas Kpler, impor batu bara termal China pada November diperkirakan mencapai 37,5 juta ton metrik, naik dari 32,12 juta ton pada Oktober. Angka ini tertinggi sejak data yang disusun oleh Kpler pada 2017.

Salah satu impor tersebut berasal dari Indonesia. Ekspor batu bara Indonesia ke Cina bahkan diprediksi mencatatkan rekor pada November 2024 sebesar 25,32 juta ton, naik jika dibandingkan dengan pada Oktober sebesar 22,24 juta ton.

Kenaikan ekspor batubara ke Cina terjadi karena meningkatnya kebutuhan listrik menjelang musim dingin di negeri tirai bambu tersebut.

Selain batubara Indonesia, Cina juga meningkatkan impor batubara dari Australia. Pada November 2024, impor batubara dari Australia diperkirakan juga akan mencatatkan rekor di angka 7,84 juta ton.

Imbas Produksi PLTA Cina Turun

Cina diprediksi akan terus mengimpor batubara dalam volume tinggi mengingat peningkatan produksi listrik yang sebagian besar berbahan bakar batu bara, naik 1,8% pada Oktober dari bulan yang sama tahun lalu.

Peningkatan tersebut terjadi karena produksi pembangkit listrik tenaga air turun 14,9% pada bulan Oktober tahun-ke-tahun. Ini merupakan penurunan bulanan kedua berturut-turut. Output batubara China juga meningkat pada bulan Oktober, naik 4,6% dari bulan yang sama pada 2023 menjadi 411,8 juta ton.

Meski permintaan impor tinggi tetapi harga batu bara di Cina tidak mengalami lonjakan signifikan. Harga batu bara tetap rendah seiring dengan penurunan harga pasokan domestik China.

Untuk batubara Indonesia dengan kandungan kalori sebesar 4.200 dipatok sebesar US$52,19 per ton pada pekan lalu, atau turun dari  US$52,34 dibandingkan minggu sebelumnya.

Sedangkan, harga batubara Australia dengan kalori 5.500 kkal dipatok sebesar US$ 87,60 per ton atau turun jika dibandingkan dengan puncak harga tertinggi pada awal Oktober 2024 sebesar US$ 90,97 per ton.

Reporter: Djati Waluyo