Hidrogen Hijau Didorong Gantikan Batu Bara sebagai Komoditas Ekspor

Katadata/Ajeng Dwita Ayuningtyas
Koordinator Pelayanan dan Pengawasan Usaha Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM, Muhamad Alhaqurahman Isa, mengatakan pemerintah mendorong pemanfaatan hidrogen hijau untuk penggunaan domestik hingga menjadi komoditas ekspor gantikan energi primer.
8/10/2025, 12.52 WIB

Pemerintah mendorong pemanfaatan hidrogen hijau untuk penggunaan domestik hingga menjadi komoditas ekspor gantikan energi primer. Harapannya, ekspor hidrogen hijau bisa dimulai 2030 mendatang.

“Jadi menggantikan energi primer kita, yang saat ini kita lakukan dengan batu bara dan gas mentah,” kata Koordinator Pelayanan dan Pengawasan Usaha Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM, Muhamad Alhaqurahman Isa, dalam Indonesia Energy Transition Dialogue 2025 di Jakarta, Rabu (8/10). 

Di dalam negeri, hidrogen hijau bisa dimanfaatkan di antaranya untuk mendukung industri baja, pupuk, dan petrokimia. 

Selain itu, rencana tersebut sekaligus memunculkan industri baru dengan teknologi tinggi, serta menciptakan lapangan kerja. Pemanfaatan hidrogen hijau juga diperkirakan meningkatkan investasi dalam negeri, khususnya pada kawasan industri hijau. 

International Energy Agency (IEA) mencatat, lebih dari 90% proyek produksi hidrogen rendah emisi yang sedang direncanakan hingga 2030, berada di Indonesia dan Malaysia. Kapasitasnya mencapai hampir 480 kilo ton per tahun. 

Hingga saat ini, 6% dari kapasitas yang direncanakan telah mencapai keputusan akhir investasi. 

Dalam catatan Kementerian ESDM, produksi hidrogen bersih hingga 2060 dengan metode elektrolisis, diproyeksikan mencapai 15,5 juta ton per tahun. Ini akan memanfaatkan potensi pembangkit dari energi baru terbarukan sebesar 3,3 TW.

Skema Blending di Tahap Awal

Alhaqurahman menyampaikan, di tahap awal, hidrogen dan amonia nasional akan dimanfaatkan untuk blending di pembangkit listrik. Rencananya, tahap inisiasi dilakukan selama 2025 hingga 2034.

“Amonia akan digunakan 3-10% untuk blending pada pembangkit batu bara, sedangkan hidrogen diproyeksikan menggantikan pembangkit yang menggunakan gas,” jelasnya.

Indonesia menargetkan memiliki pembangkit listrik 100% hidrogen pada 2050 dan pembangkit listrik 100% amonia pada 2042. Alhaqurahman menambahkan, wilayah operasi utamanya berada di Jawa dan Sumatra.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas