IEEFA Sebut Obligasi Hijau PLN Diragukan Investor

ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
Ilustrasi. PLN akan menerbitkan obligasi hijau atau green bond pada tahun depan.
22/12/2020, 16.38 WIB

PLN harus siap menghadapi kritik tajam dari kalangan investor hijau. Pasalnya, perusahaan masih banyak berinvestasi di pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU batu bara. Di sisi lain, tahun depan PLN akan menerbitkan obligasi hijau atau green bond.

Rencananya, perusahaan setrum negara itu akan meluncurkan surat utang berwawasan lingkungan pada Januari 2021. Lembaga kajian internasional asal Amerika Serikat, Institute for Energi Economics and Financial Analysis (IEEFA) memperkirakan kinerja PLN bakal tersorot. Hal ini akan berdampak pada prospek obligasi hijaunya. 

Karena itu, perusahaan harus membangun kredibilitasnya di mata investor. Apalagi, pengembangan energi baru terbarukannya masih minim. “Pengembangannya jauh tertinggal dari sejawatnya di tingkat regional maupun internasional,” kata peneliti IEEFA Christina Ng dalam keterangan tertulis, Selasa (22/12). 

Selama ini, menurut Ng, PLN lebih dikenal sebagai penyumbang emisi karbon karena terus-menerus menambah kapasitas PLTU-nya.“Masih ada sekitar 20 gigawatt (GW) proyek batu bara yang antri dalam pipeline,” ujarnya. 

Direksi harus dapat meyakinkan investor. Khususnya bagi mereka yang ragu pada kurangnya transparansi perusahaan dan masih menitikberatkan energi fosil pada pembangkitnya.

Terkait transparansi, Ng mengatakan PLN tidak memiliki pengalaman dalam membuat laporan sesuai dengan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) secara global. Perusahaan perlu membangun rencana yang spesifik dan kredibel, plus komitmen perubahan kebijakan. 

Dengan menyusun peta jalan untuk menghentikan investasi di sumber energi fosil, PLN dapat menunjukkan keseriusannya dalam melakukan trasformasi hijau. "Sesuai dengan harapan pemerintah dan para investor,” ujar Ng.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan