Green Initiative Diragukan, Adaro: Komitmen Kami Soal Lingkungan Jelas

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa.
Aktivis melakukan aksi damai menolak bisnis energi kotor batubara di Patra Kuningan, Jakarta, Senin (26/4/2021). Aksi damai ini merupakan upaya menghentikan penggunaan energi kotor dan mendesak investor serta lembaga keuangan berhenti mendukung lini bisnis energi kotor batubara dan tidak terbuai dengan rencana Green Initiatives Adaro Energy yang terkesan sebagai upaya Greenwashing.
27/4/2021, 13.22 WIB

Rencana PT Adaro Energy untuk melakukan diversifikasi ke arah green energy menuai pro kontra. Sejumlah aktivis lingkungan menuding Green Initiatives atau inisiatif hijau yang digaungkan Adaro hanya sebatas narasi semu untuk membangun citra baik perusahaan.

Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira membantah jika rencana untuk masuk ke energi bersih dinilai hanya untuk membangun citra baik. Pasalnya, perusahaan memiliki komitmen jelas terhadap isu lingkungan.

"Sebenarnya kan sudah dijelaskan sama Pak Boy. Kami sedang persiapkan semuanya. Bicara mengenai lingkungan, komitmen Adaro sangat jelas," ujar dia kepada Katadata.co.id, Selasa (27/4).

Perusahaan mengakui bahwa faktor lingkungan, sosial dan tata kelola (environmental, social and corporate governance/ESG) semakin penting. Kondisi industri yang sulit tidak mengurangi komitmen Adaro terhadap perbaikan kinerja lingkungan dengan konsisten menerapkan inisiatif hijau.

Terutama dalam menjalankan kegiatan operasional penambangan terintegrasi dengan merujuk pada prinsip-prinsip good mining practices dan perlindungan lingkungan. Adapun berbagai inovasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) seperti penggunaan PLTS (pembangkit listrik tenaga surya), dan mengembangkan bahan bakar biodiesel.

Pengolahan Biofuel Adaro (Katadata)

Hasilnya adalah penurunan intensitas energi dari 0,46 GJ/metrik ton batu bara menjadi 0,43 GJ/metrik ton. Seiring penurunan intensitas energi tersebut, pihaknya mencatat penurunan emisi GRK scope 1 sebesar 22% di anak-anak perusahaan terbesar.

Sementara, salah satu cara perusahaan mengkompensasi risiko lingkungan sisa dari kegiatan penambangan adalah dengan secara aktif terlibat dalam rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS). Pada 2020, Adaro Indonesia menyerahkan sebagian wilayah DAS yang telah direhabilitasi kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Untuk diketahui, bersamaan dengan pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Adaro Energy, sejumlah aktivis melakukan aksi damai di depan gedung kantor Adaro Energy kemarin pagi. Direktur Eksekutif Enter Nusantara Elok Faiqotul Mutia menyatakan aksi ini bagian dari upaya menghentikan penggunaan energi kotor.

Pihaknya juga mendesak investor dan lembaga jasa keuangan yang selama ini mendukung bisnis batu bara untuk tidak terbuai dengan rencana Green Initiatives Adaro Energy yang dinilai sebagai upaya Greenwashing.

Peneliti Trend Asia Andri Prasetiyo menilai rencana Adaro Energy untuk melakukan diversifikasi ke arah green energy patut dipertanyakan. Pasalnya sejauh ini tidak ada strategi jelas yang tertuang dalam publikasi perseroan.

Menurutnya Green Initiatives yang digaungkan Adaro saat ini hanya sebatas narasi semu untuk membangun citra baik perusahaan. "Sebab, pada saat yang sama Adaro tetap berupaya mencari pinjaman US$ 400 juta untuk menutupi utang jatuh tempo agar tetap dapat melakukan eksploitasi energi kotor batu bara,” kata dia.

Adaro Energy, melalui anak usahanya PT Adaro Indonesia, memiliki pinjaman sindikasi dengan plafon US$ 1 miliar yang akan jatuh tempo pada Agustus 2021. Bank-bank yang terlibat dalam pinjaman tersebut adalah ANZ, Standard Chartered, HSBC, Citigroup, CIMB, Maybank, DBS, OCBC, UOB, MUFG, SMBC, Mizuho, ING Bank, dan Bank Mandiri.

Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir atau Boy Thohir sebelumnya mengatakan perusahaan akan mendiversifikasi bisnisnya ke segmen energi yang lebih hijau dengan alasan untuk mendukung langkah pemerintah dalam menekan perubahan iklim.

Meski demikian perusahaan tidak akan meninggalkan bisnis utama yakni batu bara. Apalagi beberapa negara pelanggan seperti Jepang, Korea Selatan, termasuk Indonesia sendiri sudah mulai mengkombinasikan batu bara dengan biomassa sebagai upaya menekan emisi.

"Untuk itulah kami juga sekarang lagi terus membentuk pilar ke sembilan kita. Itu Adaro Green Initiative," kata Boy.

Reporter: Verda Nano Setiawan