Co-Firing Biomassa di 17 PLTU, PLN Hasilkan Energi Bersih 189 MW

ANTARA FOTO/Syaiful Arif
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Awar-awar di Desa Wadung, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, Selasa (15/10/2019). PLTU Tanjung Awar-awar yang mulai beroperasi penuh pada 2016 menjadi salah satu PLTU yang mengimplementasikan co-firing biomassa dalam produksi listriknya.
21/6/2021, 15.26 WIB

PT PLN telah mengimplementasikan program co-firing atau pencampuran biomassa dengan batu bara pada 17 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) hingga Juni 2021. Dari program tersebut, perusahaan telah menghasilkan energi bersih dengan ekuivalen kapasitas pembangkit 189 Megawatt (MW).

Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN, Agung Murdifi menyatakan, pencapaian ini menjadi bukti keseriusan PLN. Terutama guna mendukung program pemerintah dalam percepatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) menuju target 23% di 2025.  

“Program co-firing pada PLTU juga membantu PLN dalam mengurangi konsumsi batu bara sehingga bisa menekan emisi karbon,“ kata Agung dalam keterangan tertulis, Senin (21/6).

Adapun dari total 17 PLTU yang menggunakan biomassa secara komersial tersebut, sekitar 12 PLTU tersebar di Jawa dan 5 lokasi di luar Jawa. Pembangkit-pembangkit itu dikelola dua anak usaha PLN yaitu PT Indonesia Power dan PT Pembangkitan Jawa Bali.

Indonesia Power menghasilkan energi hijau melalui co-firing di PLTU Suralaya 1-4, PLTU Suralaya 5-7, PLTU Sanggau, PLTU Jeranjang, PLTU Labuan, PLTU Lontar,  PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Barru dan PLTU Adipala.

Sedangkan PJB menghasilkan energi hijau melalui co-firing PLTU Paiton Unit 1-2, PLTU Pacitan, PLTU Ketapang, PLTU Anggrek, PLTU Rembang, PLTU Paiton 9, PLTU Tanjung Awar-Awar dan PLTU Indramayu.

Dalam pelaksanaan co-firing di 17 PLTU, kedua anak usaha PLN itu memanfaatkan limbah serbuk kayu atau sawdust, wood chip, dan SRF (Solid Recovered Fuel) dari sampah. Untuk tahun 2021 diperkirakan kebutuhan biomassa untuk bahan bakar pembangkit mencapai 570 ribu ton.

Untuk menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku biomassa, PLN telah mendapat kepastian pasokan dari sejumlah perusahaan. "Semoga kerja sama ini terus berlanjut dan bisa memberi nilai tambah bagi para mitra,” kata Agung.

Co-firing merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti sebagian (parsial) atau bahan campuran batu bara di  PLTU. Biomassa bisa diambil dari limbah pertanian, industri pengolahan kayu, hingga limbah rumah tangga serta tanaman energi yang ditanam pada lahan kering atau dibudidayakan pada kawasan Hutan Tanaman Energi seperti pohon Kaliandra, Gamal dan Lamtoro.

Melalui co-firing, PLN mampu dengan cepat meningkatkan bauran energi terbarukan tanpa melakukan investasi untuk membangun pembangkit baru. “Manfaat lain dari co-firing ini juga menjadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan sampah/limbah di Tanah Air,” kata Agung.